Hamas Tunjuk Yanya Sinwar sebagai Pemimpin Baru, Ini Respon Amerika Serikat

KALTENGLIMA.COM - Amerika Serikat memberikan respons terhadap penunjukan Yanya Sinwar sebagai pemimpin baru Hamas. Sinwar diumumkan sebagai Kepala Biro Politik Hamas pada Selasa, menggantikan Ismail Haniyeh yang tewas dibunuh di Teheran, Iran.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mendesak Sinwar untuk menerima gencatan senjata di Gaza. Blinken menekankan bahwa Sinwar adalah figur kunci dalam menentukan kelanjutan gencatan senjata.

“Dia telah dan tetap menjadi penentu utama dalam hal penyelesaian gencatan senjata,” kata Blinken, dikutip AFP, Rabu (7/8/2024).

Baca Juga: Kejagung dan Kantor Imigrasi Jalin Kerjasama Cegah Ronald Tannur Kabur ke Luar Negeri

Blinken juga menyatakan bahwa keputusan Sinwar sangat mempengaruhi nasib banyak warga Palestina yang membutuhkan bantuan.

Sinwar, yang diyakini bersembunyi di terowongan bawah tanah di Gaza, merupakan pengambil keputusan utama Hamas di Gaza dan diperkirakan memegang kendali atas sekitar 120 sandera Israel.

Ia sebelumnya menghabiskan 23 tahun di penjara Israel dengan empat hukuman seumur hidup karena percobaan pembunuhan dan sabotase.

Baca Juga: Jenazah Pilot Glen Dikirim ke Jakarta Hari Ini

Seorang mantan interogator menggambarkannya sebagai orang yang sangat keras dan berkomitmen tinggi.

Aaron David Miller dari Carnegie Endowment menyebut bahwa pemilihan Sinwar sebagai pemimpin Hamas menunjukkan bahwa organisasi tersebut menghilangkan ilusi moderasi dan memperlihatkan wajah sebenarnya dari kepemimpinan internalnya.

Dalam kesempatan yang sama, Blinken memperingatkan Iran dan Israel untuk menghindari peningkatan konflik. 

Baca Juga: Pelaku Pencurian Kalung WNA di Bali Dibekuk Polisi

Kematian Haniyeh di Iran diduga melibatkan Israel, dan Iran telah berjanji untuk memberikan tanggapan, menyebut pembunuhan tersebut sebagai "pembunuhan pada tamu negaranya".

Presiden AS Joe Biden juga menunjukkan frustrasinya terhadap PM Israel Benjamin Netanyahu, mengingat pembunuhan Haniyeh terjadi saat AS, Qatar, dan Mesir berusaha mencapai gencatan senjata dalam konflik Gaza.