KALTENGLIMA.COM - Saat ini, satu kasus virus B dilaporkan muncul di Hong Kong, menyerang pria berusia 35 tahun usai dilaporkan berkontak dengan monyet. Pria yang terinfeksi saat ini dalam kondisi kritis dan menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Kasus virus B terbilang langka, menurut catatan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), sejak pertama kali teridentifikasi di 1932, 'hanya' ada laporan 50 orang yang terpapar termasuk di Jepang, hingga China, 21 di antaranya meninggal dunia.
dr Siti Nadia Tarmizi, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI mengatakan pemerintah saat ini belum memperketat pintu masuk menyikapi temuan terkait, namun sejumlah pelancong yang berasal dari negara 'sumber' infeksi akan dipantau ketat.
Baca Juga: Anggota DPRD Barito Utara Buka Program Ramadhan Tebus Elpiji Cuma Rp20.000
"Belum ada pengetatan, hanya peningkatan kewaspadaan terhadap penumpang yang ada gejala demam," beber dr Nadia.
"Terutama berasal dari negara yang terjangkit."
Untuk saat ini, belum ada vaksin yang ditujukan untuk mencegah risiko keparahan ketika terpapar, tetapi pengobatan sejauh ini menggunakan obat antivirus.
Baca Juga: Rilis FIFA April 2024 : Argentina Memimpin di 10 Besar, Indonesia Naik Signifikan
Kasus virus B pertama yang diketahui pada manusia berada di China, dilaporkan pada tahun 2021, yakni seorang ahli bedah hewan Beijing yang membedah dua monyet mati dan meninggal karena infeksi tersebut sekitar sebulan kemudian.
Dalam kasus saat ini di Hong Kong, pria berusia 37 tahun yang terinfeksi dirawat di Rumah Sakit Yan Chai pada tanggal 21 Maret sebab demam dan penurunan tingkat kesadaran. Hingga kini ia masih dirawat di unit perawatan intensif. Sampel cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang dinyatakan positif mengandung virus B.
Gejala awal virus B mirip flu dan meliputi demam, menggigil, nyeri otot, kelelahan, dan sakit kepala. Gejala tambahannya meliputi sesak napas, mual, muntah, sakit perut, dan cegukan. Cegukan mungkin berhubungan dengan virus yang menyerang sistem saraf. Orang juga mungkin mengalami lepuh kecil di bagian tubuh yang dicakar atau disentuh monyet.
Baca Juga: Kapolri Pastikan Pemudik Terlayani dengan Baik
Di tahap akhir, infeksi ini dapat menyebabkan peradangan pada otak dan sumsum tulang belakang. Hal ini bisa menyebabkan sensasi nyeri, mati rasa atau gatal di dekat lokasi luka, serta masalah koordinasi otot dan kerusakan otak dan saraf. Masalah pernapasan dan kematian dapat terjadi dalam satu hari hingga tiga minggu setelah gejala awal muncul, catat CDC.
Masyarakat disarankan untuk menjauhi monyet liar serta menghindari menyentuh atau memberi makan mereka. Jika seseorang terluka oleh monyet, ia harus mencuci lukanya dan segera mencari pertolongan medis.