kesehatan

Rutin Skrining Bisa Cegah Kematian Mendadak Atlet-Atlet Muda

Kamis, 4 Juli 2024 | 08:48 WIB
Ilustrasi cek kesehatan. Foto: TOPMEDIA / Istimewa

KALTENGLIMA.COM - Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari Universitas Indonesia, dr. Utojo Lubiantoro, SpJP (K), menyatakan bahwa kematian mendadak pada atlet muda dapat dicegah melalui skrining rutin untuk mendeteksi kelainan jantung.

“Kematian mendadak sebagian besar, sekitar 70 persen, disebabkan oleh kelainan jantung. Oleh karena itu, skrining kesehatan jantung pada setiap atlet menjadi penting untuk menghindari kematian mendadak,” kata Utojo dalam wawancara daring dengan ANTARA di Jakarta, Rabu.

Deteksi dini kelainan jantung dapat dilakukan melalui pemeriksaan ekokardiografi atau USG jantung dan EKG rekam jantung.

Baca Juga: Mateo Kocijan Jadi Pemain Anyar Persib Bandung Gantikan Alberto Rodriguez

Pada atlet muda, kematian mendadak di lapangan umumnya disebabkan oleh kelainan jantung bawaan atau genetik, seperti Kardiomiopati Hipertrofi, yaitu kondisi di mana otot jantung menebal.

Orang dengan kelainan ini disarankan untuk tidak melakukan olahraga berat karena dapat memicu gangguan irama jantung (aritmia) yang fatal, seperti fibrilasi atau takikardia ventrikel.

Pertolongan yang bisa dilakukan jika terjadi insiden ini adalah dengan menggunakan alat kejut jantung atau defibrilator.

Baca Juga: Jadwal Lengkap 8 Besar Copa America 2024, Ada Laga Klasik Uruguay vs Brazil

“Jika terjadi fibrilasi atau takikardia ventrikel, pengobatan hanya satu yaitu kejut listrik atau defibrilator, yang harus diberikan dalam lima hingga sepuluh menit pertama,” ujar Utojo.

Utojo menambahkan bahwa seseorang dengan kelainan jantung genetik ringan tidak perlu diobati, tetapi pada level sedang hingga berat dapat berisiko mengalami komplikasi serius seperti jantung membesar atau gagal jantung.

Deteksi dini melalui tes treadmill akan menentukan apakah pasien memiliki risiko mati mendadak akibat gangguan fungsi jantung sehingga tidak diperbolehkan menjadi atlet, melakukan olahraga berat, dan perlu mengubah gaya hidup.

Baca Juga: Jadi Player of the Match di Laga Vietnam vs Indonesia, Intip Profil Zahaby Gholy

“Olahraga boleh dilakukan tapi tidak yang berat, perlu ada perubahan gaya hidup. Jika kelainan sudah berat, kami sarankan untuk tidak menjadi atlet,” kata Utojo.

Tags

Terkini

Berapa Panjang Usus Halus Orang Dewasa dan Fungsinya?

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:55 WIB

Bahaya Kebiasaan Mengunyah Es Batu bagi Kesehatan Gigi

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:18 WIB