KALTENGLIMA.COM - Resistensi antibiotik merupakan masalah kesehatan yang muncul akibat penggunaan antibiotik yang tidak tepat.
Banyak orang mengalami kondisi di mana tubuh mereka menjadi kebal terhadap antibiotik karena konsumsi obat yang sembarangan.
Antibiotik sering dianggap sebagai solusi universal yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit, padahal justru sering kali penggunaannya yang salah memperburuk situasi.
Baca Juga: Penyakit Jantung di Usia Muda Terus Meningkat, Ternyata Ini yang Jadi Biang Keroknya
Menurut Dicky Budiman, seorang pakar epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, resistensi antibiotik bisa terjadi karena penggunaan yang tidak rasional, seperti kebiasaan mengonsumsi antibiotik untuk setiap penyakit atau menghentikan pengobatan terlalu cepat.
Contohnya, terapi yang seharusnya dilakukan selama lima hari hanya dilakukan dua hari, atau dosis yang seharusnya 500 miligram dikurangi menjadi 200 miligram.
Kondisi resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri atau jamur tidak lagi merespons pengobatan yang seharusnya efektif. Hal ini menyebabkan perawatan pasien menjadi lebih lama dan biaya pengobatan meningkat.
Baca Juga: Benarkah Kuning Telur Mengandung Kolestrol Tinggi? Ini Kata Ahli Gizi
Antibiotik hanya efektif untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri, sedangkan penyakit akibat virus, seperti batuk atau pilek, tidak memerlukan antibiotik.
Untuk menghindari resistensi antibiotik, beberapa langkah penting yang bisa diambil adalah berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan antibiotik, memastikan diagnosa infeksi bakteri sebelum penggunaan, menghabiskan obat sesuai aturan, tidak menyimpan sisa antibiotik, dan tidak memberikan antibiotik kepada orang lain yang tidak memiliki resep.