KALTENGLIMA.COM - Program makan bergizi gratis (MBG) yang telah dilaksanakan dalam waktu satu pekan terakhir ini mengundang pro dan kontra dari banyak pihak. Ada sebagian orang mempertanyakan apakah program ini dapat dilaksanakan dengan baik dan bisa memastikan kebutuhan gizi bagi yang menerimanya.
Pakar gizi komunitas Dr dr Tan Shot Yen, MHum berpendapat jika MBG sebagai program baru pemerintah dilaksanakan secara terburu-buru. Menurutnya program ini masih belum disosialisasikan secara matang pada masyarakat.
Padahal hal ini perlu untuk memastikan kelancaran program MBG yang lebih baik sehingga manfaat diberikan dapat diterima maksimal oleh masyarakat.
Baca Juga: BBMKG Prediksi Gangguan Siklonik di Selatan NTT Berimbas pada Cuaca Bali
Selain itu, dr Tan mengatakan bahwa program MBG ini seharusnya lebih mengutamakan orang-orang yang tinggal di daerah 3T (terluar, terdepan, dan terbelakang). Hal ini bertujuan untuk menjadikan program MBG ini bisa tepat sasaran.
"Nomor satu kita harus fokus kepada daerah yang sungguh membutuhkan, yaitu daerah 3T. Jangan sampai penggal pertama uang yang dihabiskan untuk perkotaan, yang sebetulnya anaknya saja diantar naik motor, gedung sekolahnya bagus, ayah ibunya punya handphone. Jadi kita harus betul-betul kembali pada daerah 3T," kata dr Tan
Menurut dr Tan, program MBG juga dapat berdampak pada kegiatan ekonomi masyarakat lokal. Tak hanya petani atau nelayan, penjual di kantin sekolah juga bisa diberdayakan.
Baca Juga: Banjir Rob Rendam Pemukiman Warga Penjaringan Jakut, Ketinggian Capai 60 Cm
Semenjak program MBG digulirkan, tak sedikit penjual-penjual makanan di kantin sekolah mengeluhkan adanya penurunan angka penjualan.
Oleh sebab itu, dr Tan menuturkan program MBG seharusnya dilakukan dengan edukasi pra-program yang baik pada masyarakat, anak-anak, hingga sekolah. Untuk sebuah program nasional, program MBG diperlukan penilaian dan pertimbangan yang sangat panjang.
"Karena apa? Akhirnya kalau jadi food waste, ini bukan cuma sekedar dibuang ke tong sampah. Tetapi, makanan yang semestinya tidak tepat sasaran, karena anaknya nggak doyan, nggak dimakan, nggak suka, akhirnya ini menjadi mubazir. Padahal kan ini triliunan dan itu dari pajak masyarakat," tandasnya.
Baca Juga: Tabrakan Trem di Strasbourg Prancis, Korban Luka Meningkat Jadi 36 Orang