KALTENGLIMA.COM - Hujan deras yang terjadi belakangan ini di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Jabodetabek, menimbulkan pertanyaan soal mundurnya musim kemarau.
Sebelumnya, BMKG memperkirakan Indonesia akan mulai memasuki musim kemarau pada periode April–Juni 2025.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa saat ini Indonesia masih berada pada masa peralihan (pancaroba) dari musim hujan ke kemarau.
Baca Juga: Donald Trump Mulai Goyah, Bagaimana Nasib Apple Dkk?
Hujan yang terjadi dipicu oleh adanya konvergensi (pertemuan massa udara) dan labilitas lokal yang memperkuat pembentukan awan konvektif, terutama di sore dan malam hari.
Wilayah yang terdampak antara lain Aceh, Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.
Labilitas lokal adalah kondisi atmosfer yang memungkinkan udara hangat dan lembap naik dengan cepat, karena lebih ringan dari udara sekitarnya.
Baca Juga: Ini Alasan Arab Saudi Hentikan Penerbitan Visa ke 14 Negara Termasuk Indonesia
Hal ini sering terjadi di wilayah dengan pemanasan matahari yang kuat atau perbedaan suhu di berbagai ketinggian.
Selain itu, BMKG memperingatkan adanya potensi hujan lebat, angin kencang, hingga petir akibat pengaruh bibit siklon tropis 96S di Laut Arafura.
Siklon ini memiliki kecepatan angin maksimum 25 knot dan tekanan udara 1004 hPa yang bergerak ke arah barat daya, memengaruhi cuaca di NTT, Maluku bagian selatan, dan Papua Selatan.