KALTENGLIMA.COM - Menjelang musim Haji 1446 Hijriah, Otoritas Umum untuk Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Arab Saudi melaksanakan tradisi tahunan dengan menaikkan bagian bawah Kiswah Ka'bah hingga tiga meter.
Proses ini dilakukan secara hati-hati oleh tim teknis terlatih, termasuk memisahkan dan mengikat sudut-sudut Kiswah, serta menutup bagian bawah yang terbuka dengan kain katun putih selebar dua meter di keempat sisi.
Langkah ini bertujuan untuk melindungi Kiswah dari kerusakan saat jutaan jemaah melakukan tawaf selama puncak ibadah haji.
Baca Juga: Thailand Open 2025: Fajar/Rian Takluk di Semifinal dari Ganda Denmark
Kiswah, kain penutup Ka'bah, memiliki sejarah panjang dan terus berganti warna serta bahan sepanjang masa. Pada masa Nabi Muhammad SAW, Ka'bah ditutupi dengan kain bergaris putih dan merah dari Yaman.
Khalifah Abu Bakar, Umar, dan Utsman menggantinya dengan kain putih, sementara Ibn Al-Zubayr memakai brokat merah.
Dalam masa pemerintahan Abbasiyah, kain berwarna putih, merah, hijau, hingga brokat hitam sempat digunakan. Sejak era Al-Nassir, brokat hitam menjadi pilihan tetap karena ketahanannya.
Baca Juga: Dugaan Pemerasan Proyek PT Chengda, Ketua Kadin Cilegon Jadi Tersangka
Menurut Dr. Fawaz Al-Dahas, Direktur Pusat Sejarah Makkah, pergantian warna Kiswah dipengaruhi oleh daya tahan kain dan kemampuan finansial penguasa pada zamannya.
Kain putih, meski cerah, mudah rusak dan kotor karena banyak disentuh peziarah. Oleh karena itu, warna hitam akhirnya dipilih karena lebih tahan lama.
Dalam sejarahnya, Ka'bah pertama kali ditutupi oleh Tubbaa Al-Humairi, seorang raja dari Yaman sebelum masa Islam, yang datang ke Mekkah dan menunjukkan penghormatan terhadap tempat suci tersebut.