KALTENGLIMA.COM - PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) menjadi sorotan publik setelah dugaan ketidakhadiran otoritas negara di bandara kawasan industri.
IMIP berkembang pesat sebagai pusat hilirisasi nikel dan logam dasar terbesar di Indonesia, menjadi bagian penting dalam rantai pasok stainless steel dan baterai kendaraan listrik global.
Pemegang saham terbesar PT IMIP adalah Shanghai Decent Investment Group dengan kepemilikan 49,69%, anak perusahaan dari Tsingshan Holding Group asal China.
Baca Juga: Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa Beri Ultimatum Satu Tahun untuk Reformasi Bea Cukai
Selain itu, PT Sulawesi Mining Investment dan PT Bintang Delapan Investama menguasai saham lain, dengan afiliasi kuat ke perusahaan China, menunjukkan dominasi Tiongkok dalam pengelolaan IMIP.
Tsingshan Holding Group tidak hanya menguasai PT IMIP, tetapi juga memiliki sejumlah anak perusahaan lain di Indonesia, termasuk PT Tsingshan Steel Indonesia (PT TSI) dan PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (PT ITSS).
Operasi mereka meliputi smelter nikel, pembangkit listrik, dan infrastruktur pendukung dengan investasi miliaran dolar.
Baca Juga: Jurusan Populer Tak Selalu Aman, Lulusan Ini Ternyata Sulit Cari Pekerjaan
Kawasan Industri Morowali juga menampung beberapa perusahaan besar China lainnya seperti PT Guangqing Nickel Corporations Indonesia, PT Indonesia Ruipu Nichrome, dan PT Dexin Steel Indonesia.
Kehadiran mereka memperkuat ekosistem industri nikel terintegrasi dari hulu hingga hilir, menjadikan IMIP salah satu rantai pasok terbesar dunia.
Dengan kombinasi kepemilikan Indonesia dan China, namun dominasi Tsingshan yang kuat, IMIP menjadi pusat strategis industri nikel global.
Kawasan ini tidak hanya penting bagi produksi nikel, tetapi juga bagi rantai pasok baterai kendaraan listrik dunia, menarik perhatian nasional maupun internasional.