KALTENGLIMA.COM-Bapak dan Ibu Guru, terlebih orangtua pasti senang melihat anak didiknya berperilaku baik, sering membantu sesama, dan bisa jadi teladan untuk teman-temannya.
Siswa atau anak yang berakarker tidak terbentuk dengan sendirinya. Karakter siswa dipengaruhi oleh orang terdekat atau lingkungan mereka, contohnya keluarga yang jadi tempat belajar dan pembentukan karakter pertama anak. Tidak hanya itu, lingkungan sekolah juga punya peran yang penting di mana moral yang baik bisa terbentuk.
Setiap warga sekolah memiliki tugas tersendiri dalam character building siswa. Langsung saja simak penjelasannya di bawah ini ya!
Apa Itu Character Building?
Mataheru dalam bukunya Success Through Character Building (2018) menyebutkan kalau character building adalah sebuah upaya untuk membangun karakter yang berupa sifat, moral, dan budi pekerti siswa menjadi baik.
Karakter yang baik meliputi motivasi dari dalam diri untuk melakukan hal yang benar, bersumber dari hati, dan tidak dipandang dari sisi umur, ras, jabatan, atau ekonomi karena sebenarnya semua orang bisa memilikinya.
Dalam pendidikan, character building berfungsi untuk menunjukkan jati diri siswa sebenarnya, menentukan cara mereka mengambil keputusan, serta menentukan sikap, perkataan, dan tindakan siswa dalam kehidupannya.
Jadi, character building sangat penting untuk membangun generasi yang tidak hanya cerdas tapi juga bermoral, berakhlak mulia, dan berbudi pekerti yang baik. Terus, apa langkah yang bisa diambil untuk membangun karakter siswa?
Bagaimana Guru Membangun Karakter Siswa?
Setiap interaksi yang terjadi di dalam kelas berpotensi mempengaruhi nilai dan karakter siswa. Pendekatan yang bisa dilakukan guru dalam character building antara lain:
1. Berperan sebagai pengasuh, model, dan mentor yang memperlakukan siswanya dengan kasih sayang dan hormat, memberi teladan, mendukung perilaku siswa yang seimbang, serta memperbaiki tindakan yang salah.
2. Menciptakan komunitas moral di kelas dengan membantu siswa untuk mengenal satu sama lain, menghormati dan peduli satu sama lain, serta merasa dihargai sebagai anggota kelompok.
3. Melatih siswa untuk disiplin moral, mengembangkan penalaran moral, pengendalian diri, dan rasa hormat dalam kelompok.
4. Membangun lingkungan kelas demokratis yang melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan dan tanggung jawab bersama untuk membuat kelas menjadi tempat yang baik untuk belajar.
5. Mengajarkan nilai melalui kurikulum menggunakan mata pelajaran akademik sebagai sarana untuk mengkaji masalah etika.