Kaltenglima.com -Saya kenal dengan Ustad Aminulah Yusuf, pertengahan tahun lalu. Lahir di Mataram, NTB tahun 1975, Aminullah sudah tinggal di Banjarmasin sejak 4 tahun silam. Dia pernah bertugas di Bali, Kediri, dan Timor Leste. Kini tugasnya di Banjarmasin.
Apa tugasnya? Siapa yang menugaskannya?
Tugasnya adalah membina jemaah. Yang menugaskannya adalah organisasi bernama Ahmadiyah.
Amin adalah pembina Jemaah Ahmadiyah Wilayah Kalimantan Selatan. Pusatnya di Banjarmasin. Anggotanya berjumlah 150 orang. Yang aktif maupun yang tidak aktif.
Dia menjumpai saya karena ada jemaahnya yang hilang kontak cukup lama. Jemaahnya itu kenal dengan saya. Namanya “HMS”
Maka tugas saya hari itu, mengantar “sang gembala” menemui “dombanya” yang tersesat dan tak pernah pulang ke “kandang” cukup lama.
Mengapa mayoritas umat Islam antipati dengan Ahmadiyah?
Benarkah Ahmadiyah aliran sesat?
Betulkah Ahmadiyah menganggap ada nabi lain setelah Nabi Muhammad?
Apa benar kitab sucinya Tadzkirah bukan Alquran?
Apa betul kiblatnya ke Qadian bukan Ka’bah di Mekkah.
Saya berondong dia dengan pertanyaan-pertanyaan itu.
“Mayoritas umat Islam menghakimi kami sebelum mereka paham duduk perkaranya. Kami tidak sesat. Nabi kami nabi Muhammad SAW. Rukun Iman dan Rukun Islam kami sama dengan mayoritas umat Islam. Kami bersyahadat. Sama dengan syahadat umat Islam lainnya. Salat kami lima waktu sama dengan salat umat Islam di seluruh dunia” Itu jawaban Aminullah kepada saya.
Maka berdakawahlah Aminullah. Kutipan Alquranya fasih. Hadis-hadis yang dibacakannya hadis yang acap saya dengar diucapkan para dai dimana saya ikut pengajian.