Tidak Perlu Angkat Senjata Hadapi China, Pulau Natuna Tetap Milik Indonesia

photo author
- Senin, 28 Maret 2022 | 17:08 WIB
TNI Angkatan Laut (TNI AL) dan Angkatan Laut Singapura (The Republic of Singapore Navy/RSN) menggelar latihan pertempuran laut bertajuk Latma Eagle Indopura 2021, di laut Natuna, Kepulauan Riau.   (tnial.mil.id)
TNI Angkatan Laut (TNI AL) dan Angkatan Laut Singapura (The Republic of Singapore Navy/RSN) menggelar latihan pertempuran laut bertajuk Latma Eagle Indopura 2021, di laut Natuna, Kepulauan Riau. (tnial.mil.id)

Kawal mengawal aparat China ke kapal survei dan nelayannya merupakan wujud penegakan klaim Nine Dash Line.

Untuk menghadapi tekanan dari China ini, Indonesia harus bermain cantik. Pertama, Indonesia melakukan langkah cerdik menggandeng perusahaan pengeboran minyak Rusia Zarubezhneft untuk mengeksplorasi minyak bumi di sana bersama Jakarta.

Kepala Zarubezhneft, Sergei Kudryashov dalam sebuah wawancara dengan saluran TV Rossiya-24 mengatakan blok itu sekarang pada tahap eksplorasi geologi dan dua sumur yang berhasil telah dibor.

"Anjungan tersebut saat ini sedang bersiap untuk dipindahkan ke titik dan memulai pengeboran," kata Kudryashov.

Kebetulan Zarubezhneft ingin melakukan proyek raksasa dengan menghubungkan Blok Tuna Indonesia dengan klaster ladang minyak PetroVietnam.

Sehingga nantinya di Natuna Utara dan Vietnam akan ada pengeboran minyak milik Rusia.

Bila ada unsur China di sana mengganggu maka bakal berurusan pula dengan Rusia. China pernah kena getahnya gegara menyepelekan cara cerdik Indonesia ini.

Pada 20 Agustus 2021 lalu misalnya, ada coast guard China mengganggu pengeboran Zarubezhneft di Natuna. Rusia mencak-mencak mengetahui hal ini karena menyangkut kepentingan itu.

"Kapal China ikut campur pengeboran Harbour Energy yang sedang berlangsung di blok Tuna di Laut Natuna lepas pantai Indonesia.

Pengeboran ini milik Zarubezhneft yang didukung pemerintah Rusia, dan insiden tersebut menggarisbawahi fakta bahwa kepentingan energi Moskow di Laut China Selatan semakin terancam oleh China," jelas Energyvoice.com.

China harus waspada dengan klaimnya di Natuna Utara karena Indonesia punya trik licik lain untuk membenturkan kepentingan Beijing dengan negara adidaya di sana.

Meski demikan China masih kukuh mengklaim Natuna Utara. Sebab Beijing sudah kepalang basah mengutarakan Natuna Utara merupakan milik Dinasti Ming yang dikuasainya selama 200 tahun.

"Pada akhir Dinasti Ming dan awal Dinasti Qing, Zhang Jiexu, penduduk asli Chaozhou, Guangdong, tidak puas dengan aturan Dinasti Qing di Tiongkok, sehingga ia memimpin 300 pasukan Ming ke selatan untuk menetap, mendirikan kerajaan tanpa aturan khusus. nama, dan menjadi raja sendiri.

Pendudukan ilegal oleh Belanda hanya membuat kita kehilangan kendali atas Kepulauan Natuna selama 200 tahun, tetapi tidak mengubah kenyataan bahwa China menduduki posisi dominan.

Sebelum itu pada 26 Mei 2021 lalu juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang menjelaskan bahwa negaranya berhak memiliki Natuna Utara.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Fadang Irawan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Bupati Bekasi Jadi Tersangka KPK Punya Harta Rp 79,1 M

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:10 WIB

KLH Angkut 116 Ton Sampah di Pasar Cimanggis Tangsel

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:50 WIB
X