Ia berusaha sekuat tenaga menjadikan Kesultanan Banjar merdeka dari campur tangan Belanda yang mengincar batu-bara dan hasil bumi lainnya. Antasari meninggal dunia pada 11 Oktober 1862. Setelah Antasari meninggal dunia, perlawanan diteruskan anaknya, Mohammad Seman. Menurut Helius Sjamsudin, Pegustian dan Temenggung: Akar Sosial, Politik, Etnis, dan Dinasti Perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, 1859-1906 (2001), Seman dihabisi kekuasaan dan hidupnya oleh unit khusus Belanda Marsose.
Sepanjang perlawanannya, Antasari berpesan pada pengikutnya: "Jangan Becakut papadaan, haram menyarah waja sampai kaputing.” Pesan itu menjadi jargon perlawanannya terhadap Belanda. Makna dari pesan Antasari itu, menurut sejarawan dari Banjarmasin yang kini mengajar di IAIN Palangkaraya, Muhammad Iqbal, adalah: “Jangan kalian bermusuh-musuhan, berkelahi (dengan) sesama saudara (seagama maupun sebangsa, konteknya Dayak dan Banjar), haram (atau pantang) menyerah hinga tetesan darah penghabisan."(*)
Artikel ini telah tayang di Tirto.id 11 Oktober 2017.
Baca selengkapnya di artikel "Saat Pangeran Antasari Menyerang Tambang Asing ", https://tirto.id/cxUH.
Artikel Terkait
Kementerian PUPR Anggarkan Perbaikan Jalan Lintas Kabupaten. Jhon Wempi Wetipo : Kita akan Kasih Mulus ..
Usai Membunuh, Seorang Ibu di Kalteng Buang Anaknya ke Sungai, Diduga Alami Gangguan Jiwa
Bangun Tidur dan Keluar Kamar, Sang Anak Kaget Temukan Ibunya Tergantung
JHT Cair di Usia 56 Tahun Tidak Masuk Akal dan Mencederai Rasa Kemanusiaan
Bakal Ada Biaya Tambahan Pelaksanaan Ibadah Haji 2022, Makin Rumit jika Arab Saudi Lakukan Pembatasan Kuota
Anak Pangeran Antasari Diburu Letnan Marsose Sampai ke Puruk Cahu