KALTENGLIMA.COM - Seorang ahli medis, melalui sebuah podcast menyebut konsumsi telur dadar dapat menimbulkan penyakit kronis. Berikut penjelasan dokter dan ahli kesehatan lainnya.
Telur dadar menjadi lauk sederhana yang tak pernah gagal memanjakan selera. Tetapi, baru-baru ini kehebohan terkait telur dadar marak diperbincangkan.
Berawal dari sebuah video podcast yang diunggah pada akun YouTube @kasisolusi (8/2/2024). Podcast tersebut dihadiri Iwan Benny selaku founder Konsep Karnus dan dr. Ary Yanuar selaku dokter dan penerapan Konsep Karnus.
Baca Juga: Mark Lawrenson Yakin Salah Hengkang dari The Reds Musim Panas Ini
Wajib diketahui sebelumnya jika Konsep Karnus atau Pendekar Nusantara mempraktikan metodologi dasar untuk mempelajari cara kerja tubuh manusia.
Dikatakan juga oleh Iwan, Karnus menekankan kepada melakukan segala sesuatu terhadap tubuh berdasarkan 'algoritma' atau pemberian Tuhan.
Dery selaku pembawa acara dalam podcast tersebut meminta penjelasan terkait bagaimana Konsep Karnus dapat mengatakan jika telur dadar sebagai pemicu berbagai penyakit. Iwan Benny lantas menjelaskan jika terdapat komponen kimia bernama avidin dan biotin pada telur yang tidak boleh tercampur.
Baca Juga: Caleg dari 6 Parpol di Kalteng Ini Berpeluang Besar Lolos ke Senayan
"Pada saat asam lemak banyak rantai ganjil ada di kuning telur, avidin (pada putih telur) akan mengunci biotin (pada kuning telur) untuk memecahnya. Apalagi digoreng, ikatan ini akan terkunci dan rusak... Akhirnya rantai lemak yang ganjil ini tidak bisa masuk ke dalam darah dan akan membentuk senyawa baru yaitu dari jenis keton radikal. Ini yang akan masuk pada dan merampas elektron pada DNA dan RNA sehingga terjadilah kanker," jelas Iwan.
Menanggapi pernyataan itu, dr. Tirta melalui akun Instagram @dr.tirta (15/2/2024) mengatakan telur tidak berhubungan langsung pada diabetes dan kanker. Hal tersebut lantaran kesalahan dalam memasak telur terdapat dalam prosesnya.
"Telur yang dimasak pakai minyak yang sudah hitam-hitam dan sampai gosong, hal itulah yang menyebabkan karsinogenik. Kedua, cara membumbuinya yang terlalu banyak. Ketiga, avidin dan biotin ini memang bisa mempengaruhi, tetapi jika dikonsumsi dalam jumlah yang sangat banyak," jawab dr. Tirta.
Baca Juga: Sudah Pamit dengan Rekan di PSG, Hingga Kini Mbappe Masih Bungkam Akan ke Mana
Selain dr. Tirta, dr. Dion Haryadi juga buka suara terkait perdebatan ini. Melalui video yang diunggah dalam akun Instagram @dionharyadi (16/2/2024), ia menggunakan jurnal penelitian sebagai acuan untuk menyampaikan pandangannya.
Dalam jurnal pertama yang diperlihatkannya, secara khusus membahas terkait kondisi kekurangan biotin. Memang terdapat sejumlah gejala yang dapat ditimbulkan dari kekurangan bioti, tetapi tidak serta merta menimbulkan kanker.
Kondisi kekurangan biotin akibat konsumsi telur juga dijelaskan dengan istilah Egg White Injury Syndrome. Kondisi ini disebabkan oleh cara konsumsi telur yang salah, dalam kondisi mentah, dengan jumlah yang banyak dan dalam jangka waktu yang panjang.
Baca Juga: AHY Berharap Prabowo-Gibran Buat Tim Kuat untuk Realisasikan Janji Kampanye
Sedangkan ikatan avidin dan biotin seperti yang dikatakan Iwan Benny sebelumnya ternyata dapat terlepas dengan proses pemasakan. Sehingga biotin tetap akan dicerna oleh tubuh dan ikut memecah rantai lemak dalam makanan yang dikonsumsi.
Penjelasan ini juga dibenarkan melalui jurnal Medscape yang mengatakan proses pemasakan telur baik dadar, direbus, ataupun diceplok tergolong aman. Bahkan kategori konsumen yang lebih berisiko untuk mengalami defisiensi biotin bukan dari konsumsi telur dadar, melainkan para perokok dan mereka yang mengonsumsi alkohol.
Artikel Terkait
Curva Nord Inter Dapat Sanksi, Tak Boleh Bawa Bendera dan Buat Koreo
BATC 2024: Tim Putri Indonesia Ditahan Tim Thailand di Babak Semifinal
Berikut Cir-ciri Darah Rendah yang Sering Diabaikan