Cara Deteksi Pneumonia Menurut Dokter Spesialis

photo author
- Senin, 18 November 2024 | 17:21 WIB
Ilustrasi pneumonia  (Istimewa )
Ilustrasi pneumonia (Istimewa )

KALTENGLIMA.COM - Dokter spesialis anak dengan subspesialisasi respirologi, Dr. Wahyuni Indawati, Sp.A(K), menjelaskan bahwa pneumonia pada anak dapat dideteksi secara dini dengan menghitung frekuensi napas anak dalam satu menit.

Hal ini penting karena pneumonia adalah radang paru-paru akibat infeksi mikroorganisme yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan paru, kekurangan oksigen, dan bahkan kematian.

“Frekuensi napas yang lebih cepat dari normal sesuai usia anak menjadi tanda awal pneumonia,” ungkap Wahyuni dalam temu media di Jakarta, Minggu. Untuk anak di bawah usia dua bulan, frekuensi napas normal maksimal adalah 60 kali per menit.

Baca Juga: 5 Merek Susu Kambing Etawa Terbaik: Nutrisi Lengkap untuk Tubuh Sehat

Pada usia dua hingga 12 bulan, batas normalnya 50 kali per menit, sedangkan anak usia satu hingga lima tahun memiliki batas maksimal 40 kali per menit. Selain menghitung napas, orang tua juga perlu memeriksa apakah ada tarikan dinding dada saat anak bernapas.

Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada anak di dunia. Data UNICEF pada 2019 menunjukkan bahwa hampir 2.200 anak di bawah usia lima tahun meninggal setiap hari akibat pneumonia.

Wahyuni menekankan bahwa gejala pneumonia sering disalahartikan sebagai batuk dan demam biasa. Yang membedakan adalah adanya napas cepat atau sesak, serta tarikan dinding dada, yang menjadi tanda serius.

Baca Juga: Waspadai Gejala Pneumonia: Jadi Penyakit Pemicu Kematian Anak Tertinggi di RI

“Waspadai batuk yang disertai napas sesak atau ada tarikan dinding dada, karena itu bukan batuk biasa,” tambahnya.

Jika gejala ini muncul, orang tua harus segera membawa anak ke fasilitas kesehatan tanpa menunggu kondisi memburuk, seperti tubuh membiru.

Beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan anak terkena pneumonia meliputi tidak mendapat ASI eksklusif, tidak diimunisasi PCV, malnutrisi, lahir prematur atau berat badan lahir rendah (BBLR), paparan polusi dan asap rokok, tinggal di lingkungan padat, serta memiliki penyakit kronis seperti HIV atau penyakit jantung.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Dedy Hermawan

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Berapa Panjang Usus Halus Orang Dewasa dan Fungsinya?

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:55 WIB

Bahaya Kebiasaan Mengunyah Es Batu bagi Kesehatan Gigi

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:18 WIB
X