KALTENGLIMA.COM - Penyakit jantung masih menjadi penyebab utama kematian di dunia. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2021, setiap tahun tercatat sekitar 18,6 juta orang meninggal akibat penyakit jantung.
Dokter spesialis jantung, dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K), menyatakan bahwa jumlah ini diperkirakan akan meningkat hingga 24,2 juta pada tahun 2030.
Penyakit jantung iskemik menjadi penyebab terbesar, berkontribusi pada 8,9 juta kematian global pada tahun 2019.
Baca Juga: Benarkah Sering Makan Tahu Tempe Bisa Picu Asam Urat? Ini Faktanya
Dr. Radityo juga menjelaskan bahwa lebih dari tiga perempat kematian akibat penyakit kardiovaskular terjadi di negara berkembang dengan pendapatan rendah hingga menengah.
Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas 2018, penyakit jantung menempati posisi kedua setelah stroke dengan 4,2 juta penderita.
Kasus penyakit jantung di Indonesia mengalami peningkatan, dari 0,5 persen pada 2013 menjadi 1,5 persen pada 2018, dan kini banyak menyerang kalangan muda karena perubahan gaya hidup dan faktor risiko.
Baca Juga: Ini Sederet Kebiasaan yang Dapat Memicu Alzheimer
Penyakit jantung koroner, yang banyak ditemukan pada generasi muda, terjadi ketika pembuluh darah koroner yang mengalirkan darah ke jantung mengalami penyumbatan atau penyempitan akibat kolesterol atau peradangan.
Kondisi ini tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, dan pengobatan bergantung pada tingkat keparahan penyakit.
Gejala penyakit ini meliputi nyeri dada yang menjalar ke leher, bahu, tangan kiri, atau punggung, serta gejala lainnya seperti keringat dingin, mual, dan denyut jantung tidak stabil yang bisa berujung pada henti jantung.