KALTENGLIMA.COM - Memasuki musim hujan, kasus demam berdarah dengue (DBD) meningkat di Indonesia.
Kementerian Kesehatan, melalui Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap penyakit ini, yang tetap menjadi masalah kesehatan besar di Indonesia.
Berdasarkan data hingga minggu ke-42 tahun 2024, ada 203.921 kasus dengue di 482 kabupaten/kota dengan 1.210 kematian di 258 kabupaten/kota.
Baca Juga: Daun Ginseng: Lebih dari Sekadar Akar
Untuk menekan angka kematian akibat DBD dan mencapai target Zero Dengue Death pada 2030, masyarakat dianjurkan melakukan vaksinasi DBD.
Saat ini, terdapat dua jenis vaksin dengue yang telah mendapat izin edar dari BPOM dan tersedia secara berbayar.
Vaksinasi dianjurkan untuk anak-anak di atas usia 5 tahun hingga orang dewasa 45 tahun, termasuk yang pernah terinfeksi DBD. Vaksin ini diberikan dua kali, dengan interval 3 bulan setelah infeksi terakhir.
Baca Juga: Begini Cara Ampuh Sembuhkan Asma Secara Total
Data menunjukkan hampir setengah dari kematian akibat DBD terjadi pada anak usia 5-14 tahun, yang umumnya terpapar gigitan nyamuk saat beraktivitas di sekolah.
Prof. Dr. Soedjatmiko dari IDAI menjelaskan bahwa anak-anak belum memiliki kekebalan tubuh yang cukup dan sering terpapar nyamuk di siang hari.
Meski fogging masih dianggap efektif untuk mengurangi nyamuk dewasa di area yang mengalami kasus DBD, Prof. Soedjatmiko mengingatkan bahwa fogging kurang efektif sebagai langkah jangka panjang.
Baca Juga: 6 Manfaat Daging Bebek Untuk Kesehatan yang Tidak Disadari Banyak Orang Ini
Fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, tidak membasmi larva yang berada di air. Pemberantasan sarang nyamuk dan pengendalian larva lebih penting untuk mencegah perkembangan nyamuk.
Gejala awal DBD, seperti demam tinggi, tubuh lemas, dan nyeri, seringkali sulit dibedakan dari penyakit lain seperti tifus atau influenza. Karena kemiripan ini, pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk memastikan diagnosis DBD.