KALTENGLIMA.COM - Chikungunya adalah penyakit tropis yang perlu diwaspadai, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di wilayah beriklim hangat dan lembap seperti Indonesia.
Penyakit ini disebabkan oleh virus Chikungunya yang menyebar melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang juga dikenal sebagai penyebar demam berdarah.
Meskipun tidak sepopuler demam berdarah atau malaria, Chikungunya dapat menimbulkan dampak yang signifikan terhadap kesehatan, terutama karena gejalanya dapat bertahan lama dan mengganggu aktivitas harian, hingga menurunkan produktivitas.
Baca Juga: Hindari Menyimpan Makeup dan Skincare di Mobil, Ini Dampaknya!
Gejala biasanya muncul beberapa hari setelah tergigit nyamuk yang terinfeksi, berupa demam tinggi, tubuh lemas, dan nyeri hebat di persendian dan tulang.
Rasa nyeri ini bisa berlangsung dalam jangka panjang, bahkan hingga berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Tidak semua penderita menunjukkan gejala, sehingga keberadaan virus ini bisa sulit dikenali.
Secara umum, penyakit ini berkembang dalam tiga fase, yaitu fase akut dengan gejala jelas, fase pasca-akut di mana gejala mulai mereda namun belum sepenuhnya hilang, dan fase kronis yang ditandai dengan nyeri sendi berkepanjangan.
Baca Juga: Turunkan Hipertensi dengan Cara Alami: Rutin Minum Jus Jeruk
Saat ini belum tersedia obat antivirus khusus untuk Chikungunya, sehingga penanganan lebih difokuskan pada perawatan gejala seperti istirahat, cukup minum, serta penggunaan obat pereda nyeri.
Pencegahan menjadi langkah paling penting, mengingat belum adanya vaksin. Upaya yang dapat dilakukan meliputi pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M Plus menguras tempat penampungan air, menutup rapat wadah air, dan mendaur ulang barang bekas serta tindakan tambahan seperti penggunaan obat anti nyamuk, pemasangan kawat kasa, dan menjaga kebersihan lingkungan agar tidak menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.
Disiplin dalam menerapkan langkah-langkah ini dapat secara signifikan menurunkan risiko penularan Chikungunya di masyarakat.