KALTENGLIMA.COM - Gejala sindrom pramenstruasi (PMS) bisa sangat bervariasi pada setiap perempuan karena dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang kompleks dan saling berkaitan.
PMS sendiri merupakan kumpulan gejala fisik, emosional, dan perilaku yang muncul sekitar satu hingga dua minggu sebelum menstruasi dimulai.
Sebagian perempuan mungkin mengalami keluhan ringan seperti kram perut atau sakit kepala, sementara yang lain bisa merasakan gejala lebih berat seperti perubahan suasana hati yang drastis hingga depresi.
Baca Juga: Kenali Tanda-Tanda Gigitan Tungau yang Perlu Diwaspadai
Salah satu penyebab utama perbedaan ini adalah fluktuasi hormon, di mana turunnya kadar hormon menjelang menstruasi dapat memicu reaksi tubuh yang berbeda tergantung pada sensitivitas hormonal masing-masing individu.
Selain itu, perubahan zat kimia di otak, khususnya serotonin yang berperan dalam mengatur suasana hati, juga berpengaruh.
Kekurangan serotonin dapat menyebabkan gangguan emosi, terutama pada perempuan yang mengalami kondisi seperti premenstrual dysphoric disorder (PMDD).
Baca Juga: Waspadai! Ini 7 Makanan yang Berbahaya Jika Dipanaskan Kembali
Gaya hidup juga memengaruhi berat ringannya gejala PMS; perempuan yang merokok, kurang olahraga, atau sering mengonsumsi makanan tinggi lemak, gula, dan garam cenderung merasakan gejala yang lebih berat.
Faktor psikologis, seperti stres, depresi, atau gangguan bipolar, turut memperburuk gejala PMS karena memengaruhi keseimbangan emosional tubuh.
Tak kalah penting, kondisi kesehatan tertentu seperti endometriosis atau polip rahim juga bisa memperberat gejala yang dirasakan menjelang menstruasi.
Baca Juga: Ini Kelompok Orang yang Tak Boleh Jalan Kaki Terlalu Lama Menurut Dokter, Siapa Saja?
Kombinasi dari semua faktor tersebut membuat gejala PMS unik pada setiap perempuan dan bisa berubah-ubah tergantung kondisi tubuh dan mental pada setiap siklus menstruasi.