KALTENGLIMA.COM - Mi instan sudah lama menjadi makanan favorit banyak orang karena rasanya yang gurih, praktis dimasak, serta harganya terjangkau.
Tidak mengherankan jika mi instan sering dijadikan pilihan cepat saat rasa lapar datang. Namun, di balik kelezatannya, makanan ini sama sekali tidak tergolong sehat.
Kandungan garam (natrium) yang tinggi, pengawet, serta berbagai bahan tambahan lain dapat menimbulkan masalah kesehatan serius jika dikonsumsi berlebihan.
Baca Juga: Dokter Ingatkan Bahaya Mengunyah Es Batu, dari Gigi Rapuh hingga Gangguan Kesehatan
Dampaknya bisa berupa tekanan darah tinggi, penyakit jantung, hingga sindrom metabolik. Karena itu, meski praktis, konsumsi mi instan sebaiknya dibatasi.
Ada tujuh alasan utama yang membuat mi instan tidak baik dikonsumsi setiap hari. Pertama, mi instan minim nutrisi karena hampir tidak mengandung vitamin, mineral, protein, maupun serat.
Sebaliknya, makanan ini lebih banyak menyumbang kalori dari karbohidrat olahan dan lemak tidak sehat sehingga meningkatkan risiko kekurangan gizi jika dikonsumsi terlalu sering.
Baca Juga: Tak Hanya Introvert dan Ekstovert, Ahli Ungkap Jenis Kepribadian Orang Otrovert
Kedua, kandungan monosodium glutamat (MSG) yang ditambahkan untuk memperkuat rasa gurih meski dianggap aman oleh FDA, tetap berpotensi menimbulkan keluhan seperti sakit kepala, mual, peningkatan berat badan, hingga tekanan darah tinggi bila asupannya berlebihan.
Ketiga, mi instan mengandung garam dalam jumlah tinggi. Satu bungkus saja dapat memenuhi lebih dari separuh batas harian natrium yang direkomendasikan.
Kelebihan natrium berisiko merusak organ, memicu hipertensi, stroke, serta penyakit jantung, apalagi bagi mereka yang sudah memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Keempat, bahan utama mi instan adalah tepung putih olahan yang rendah serat dan nutrisi.
Baca Juga: Diduga Terinfeksi Mpox, Seorang Santri di Riau Meninggal Dunia
Konsumsi dalam jumlah besar bisa menyebabkan lonjakan gula darah, berbahaya bagi penderita diabetes atau resistensi insulin, sekaligus meningkatkan risiko obesitas dan sindrom metabolik.
Kelima, konsumsi rutin mi instan dikaitkan dengan masalah kesehatan jangka panjang. Penelitian menunjukkan kebiasaan ini berhubungan dengan sindrom metabolik, kadar vitamin D yang rendah, serta peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.
Keenam, proses pembuatannya yang menggunakan minyak sawit atau minyak tidak sehat lainnya menjadikan mi instan tinggi lemak jenuh dan lemak trans.