KALTENGLIMA.COM - Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, memperkirakan bahwa meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dapat berdampak negatif pada ekonomi Indonesia.
Menurut Josua, eskalasi konflik antara Iran dan Israel dapat menyebabkan lonjakan harga minyak dunia, yang kemudian dapat mengakibatkan inflasi global yang tinggi dan mengganggu perekonomian global.
Akibatnya, negara-negara seperti Indonesia yang mengimpor minyak dapat menghadapi tekanan inflasi impor yang meningkat. Selain itu, kenaikan harga minyak dunia juga dapat memberikan tekanan fiskal bagi Indonesia, terutama melalui kebijakan subsidi energi dan kompensasi fiskal.
Baca Juga: 3 Pernyataan Penting Tim Cook Usai Bertemu Presiden Jokowi
Josua mengungkapkan bahwa situasi ini bisa menyebabkan defisit fiskal membesar dan meningkatkan pembiayaan anggaran, yang pada gilirannya dapat meningkatkan imbal hasil obligasi Indonesia.
Dampaknya, ancaman inflasi global dapat menghambat bank sentral utama untuk menurunkan suku bunga kebijakan mereka. Ini berarti BI mungkin kesulitan untuk menurunkan BI-rate dalam waktu dekat.
Selain itu, naiknya tingkat inflasi dapat mengurangi daya beli masyarakat dan membatasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Keterbatasan kebijakan fiskal juga dapat membatasi belanja pemerintah yang produktif.
Baca Juga: Gilbert Lumoindong Dilaporkan Atas Dugaan Penistaan Agama
Ruang lingkup kebijakan moneter yang sempit juga dapat menekan likuiditas ekonomi, termasuk sektor perbankan, sehingga suku bunga sulit untuk turun. Hal ini bisa meningkatkan biaya pinjaman bagi dunia usaha dan mengurangi kegiatan investasi.
Kenaikan harga minyak dunia juga berpotensi melemahkan ekspor neto, yang pada akhirnya dapat mengancam pertumbuhan ekonomi Indonesia dan menyebabkannya melambat.
Artikel Terkait
Jokowi dan CEO Apple akan Bertemu Besok di Istana
Jadi Tradisi Pasca Hari Raya Idul Fitri, Sejarah dan Makna Halal Bihalal
Bangga! Siomay Indonesia Raih Predikat Dumpling Terbaik Dunia 2024 Versi Taste Atlas