KALTENGLIMA.COM - Saat ini, sebagian wilayah Indonesia sedang mengalami kondisi cuaca yang cukup tidak biasa. Meskipun seharusnya sudah memasuki musim kemarau, hujan dengan intensitas tinggi masih sering terjadi.
Fenomena ini dikenal sebagai kemarau basah, yaitu kondisi ketika hujan tetap turun meski secara kalender cuaca seharusnya sudah masuk musim kering.
Kemarau basah merupakan bentuk anomali iklim, yaitu suatu penyimpangan dari pola cuaca normal. Salah satu penyebab utamanya adalah suhu permukaan laut di sekitar Indonesia yang lebih hangat dari biasanya, sehingga meningkatkan penguapan dan memicu terbentuknya awan hujan.
Baca Juga: Long Weekend, Polisi Siapkan Ganjil Genap hingga One Way di Bogor
Selain itu, lemahnya hembusan angin kering dari Australia yang biasanya mendominasi musim kemarau, turut memungkinkan hujan tetap turun.
Faktor lain yang memicu kemarau basah adalah fenomena La Nina dan IOD negatif. La Nina menyebabkan suhu laut di sekitar Indonesia menjadi lebih hangat, sedangkan IOD negatif terjadi ketika suhu laut di Samudra Hindia bagian timur meningkat, sementara bagian baratnya mendingin.
Kombinasi kondisi-kondisi ini membuat pembentukan awan hujan menjadi lebih mudah, walaupun sedang musim kemarau. Menurut BMKG, fenomena ini diperkirakan masih bisa berlangsung hingga Agustus 2025.
Artikel Terkait
Wajah Christiano, Penabrak Argo Mahasiswa UGM Berbaju Tahanan
Polres Gowa Nonaktifkan Polisi Lantas yang Terima Uang dari Pengendara
Dituding Jadi Dukun Santet, Rumah Wanita di Probolinggo Dilempari Bom Ikan
60. 806 Kopdes Merah Putih Dibentuk, Menkop Pede Sasaran 80 Ribu Tercapai di Bulan Juni
Kemendagri Himbau Aparat Tegas dengan Ormas yang Bermasalah