KALTENGLIMA.COM - Pelepasliaran tukik di Pulau Serangan, Denpasar, Bali, mencerminkan komitmen kuat masyarakat dan lembaga konservasi dalam menjaga kelestarian penyu, yang kini termasuk dalam satwa laut yang terancam punah.
Dalam kurun waktu satu tahun terakhir, lebih dari 4.000 anak penyu telah dilepasliarkan kembali ke habitat aslinya di perairan Serangan.
Kawasan Pantai Serangan sendiri merupakan lokasi penting bagi penyu untuk singgah dan bertelur secara alami, terlebih karena wilayah ini berada dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali.
Baca Juga: Pembunuh Notaris Wanita di Citarum 6 Orang, Salah Satunya Sopir
Menurut Ketua Pusat Edukasi dan Konservasi Penyu (TCEC) Serangan, I Wayan Indra, pihaknya rutin melakukan pemantauan serta relokasi telur-telur penyu yang ditemukan di area rawan terganggu, seperti wilayah dengan risiko pasang laut, abrasi, atau intervensi aktivitas manusia.
Proses relokasi dan penetasan tersebut dilaksanakan dengan koordinasi bersama PT Bali Turtle Island Development (BTID) selaku pengelola KEK. Jika telur ditemukan di lokasi yang aman, maka penetasan tetap dilakukan secara alami di pantai.
Adapun tiga jenis penyu yang kerap ditemukan bertelur di Serangan antara lain penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata), ketiganya merupakan spesies yang dilindungi oleh undang-undang.
Baca Juga: Curah Hujan Tinggi Sebabkan Banjir di Jakarta, 51 RT Terkena Imbas
Selain menjalankan konservasi aktif, TCEC juga fokus pada edukasi lingkungan. Selama tahun 2024, pusat ini telah menerima lebih dari 59 ribu pengunjung, termasuk pelajar, mahasiswa, wisatawan domestik dan mancanegara, serta delegasi internasional seperti peserta KTT G20.
Melalui kunjungan edukatif ini, anak-anak sekolah diberi pemahaman langsung tentang siklus hidup penyu dan pentingnya menjaga keberadaan mereka bagi kelestarian ekosistem laut.
Indra menekankan bahwa upaya konservasi penyu memiliki dampak luas, tidak hanya pada satu spesies, tetapi juga pada keseimbangan hayati laut serta pelestarian nilai-nilai budaya masyarakat pesisir.
Baca Juga: Maling Bobol Indomaret Kramat Sentiong, Rp9,3 Juta Buat Kabur
Ia menegaskan bahwa keberhasilan pelestarian penyu sangat bergantung pada kolaborasi antara sektor swasta, pemerintah, desa adat, dan warga lokal.
Artikel Terkait
BSU 2025 Sudah Bisa Diambil di Kantor Pos, Ini Caranya
Banjir Bandang di Jeneponto, Rumah Panggung Hampir Terbawa Arus
Polisi Ajak Nelayan Turun Tangan dalam Operasi Pencarian Korban KMP Tunu Pratama Jaya
Bocah Lima Tahun Tewas Kesetrum di Taman Radio Dalam, KPAI Soroti Hal Ini