KALTENGLIMA.COM - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memastikan bahwa operasi modifikasi cuaca di wilayah Jabodetabek akan terus dilakukan hingga Jumat, 11 Juli, sebagai langkah pencegahan terhadap bencana hidrometeorologi.
Namun, pelaksanaan operasi ini bisa saja diperpanjang jika prakiraan menunjukkan potensi curah hujan tinggi. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan bahwa operasi ini dijalankan secara intensif selama 24 jam dan merupakan hasil kerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Tujuannya adalah untuk mengurangi intensitas hujan di wilayah padat penduduk tersebut guna menekan risiko bencana banjir atau longsor.
Baca Juga: Menteri Kebudayaan Sebut Pacu Jalur sebagai Ekspresi Budaya Masyarakat Kuansing
Sejak dimulai, tercatat sudah ada 18 sorti penerbangan yang membawa bahan semai berupa natrium klorida (NaCl) untuk menyebarkannya ke awan-awan berpotensi hujan di pesisir utara dan selatan Jawa Barat.
Meski prakiraan cuaca menunjukkan adanya peningkatan curah hujan dalam satu hingga dua hari ke depan, BNPB dan BMKG masih menganalisis kemampuan permukaan wilayah Jabodetabek dalam menyerap air hujan tersebut.
Hal ini penting mengingat Indonesia bagian timur juga menunjukkan peningkatan aktivitas gelombang atmosfer yang dapat memicu hujan lebat.
Baca Juga: Emirates Kerjasama Awal untuk Tambahkan Pembayaran Via Kripto
Direktur Tata Kelola Modifikasi Cuaca BMKG, Budi Harsoyo, menjelaskan bahwa gelombang atmosfer tropis telah memicu tingginya curah hujan di wilayah selatan Indonesia seperti Jawa dan Bali, yang berdampak langsung pada banjir di Jabodetabek dalam beberapa hari terakhir.
Menurutnya, modifikasi cuaca yang telah dilakukan berhasil menurunkan curah hujan secara signifikan. Namun, keputusan untuk melanjutkan operasi ini akan didasarkan pada hasil evaluasi terhadap ancaman bencana dan daya serap wilayah terhadap curah hujan yang diprediksi.
Jika curah hujan yang akan datang masih dalam batas yang bisa ditangani, maka operasi bisa dihentikan. Sebaliknya, jika potensi bahaya masih tinggi, operasi kemungkinan besar akan diperpanjang.
Artikel Terkait
Viral! Pemotor di Bogor Luka Terjerat Benang Layangan dan Hampir Kecelakaan
Presiden Prabowo Subianto: Sebut RI-Brasil Ingin Kolaborasi Bikin Rudal dan Kapal Selam
Sosok Diplomat Kementerian Luar Negeri yang Meninggal di Kosan Menteng di Mata Rekannya
Kapal KMP Tunu yang Tenggelam Teridentifikasi Berjarak 30 Meter dengan Kabel Laut
Menteri Kebudayaan Sebut Pacu Jalur sebagai Ekspresi Budaya Masyarakat Kuansing