KALTENGLIMA.COM - Tak sedikit orang beranggapan depresi disebabkan kurang iman dan jarang beribadah. Begitu streotype (ejekan) yang sering terlontar bagi pengidap depresi.
Penilaian tak berdasar itu tak jarang membuat orang-orang yang berjuang melawan penyakit mental ini enggan meminta bantuan.
Hal itu menjadi permasalahan mengakar yang memiliki dampak signifikan terutama di negara-negara berpenduduk mayoritas muslim, seperti Indonesia.
Baca Juga: Pelaku Penganiayaan di Kelurahan Jingah Diringkus Polisi, Ini Kronologinya
Dengan tegas Eks Ketua Komisi Dikbud MUI SU, Prof. DR.H.Ramli Abdul Wahid, MA membantah anggapan demikian. Hal ini seperti dilansir kaltenglima.com dari pikiran-rakyat.com.
Di dunia kesehatan kata Prof. DR.H.Ramli Abdul Wahid, MA, Islam memandang depresi sebagai gangguan jiwa pada seseorang.
Gangguan kejiwaan ini ditandai dengan adanya perasaan menurun, seperti muram, sedih, dan tertekan.
Seluruh emosi itu bisa keluar dalam dosis ringan, berat, bahkan terlampau berat sampai orang yang bersangkutan kalut, gelisah, dan mengamuk meronta-ronta.
Jauh lebih berbahaya dari stress, depresi adalah perasaan sedih atau bingung berlebih sampai hilang kemampuan berpikir serta kesadaran normal.
Dalam beberapa kasus yang ekstrem, depresi dapat menimbulkan niat dan keinginan untuk bunuh diri.
Sedih dalam bahasa Arab disebut huzn, iktiyab, jaz’, faz`. Keempatnya bermakna sama, namun berbeda dalam tingkatan berat dan ringannya perasaan.
Kata huzn diketahui setidaknya muncul 42 kali dalam kalam Allah SWT, yang berarti, Tuhan lah yang menciptakan dan menganugerahkan rasa sedih itu pada manusia.
Penyebab Depresi