KALTENGLIMA.COM - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat peningkatan signifikan dalam kasus diabetes pada anak, di mana prevalensi anak dengan diabetes melonjak hingga 70 kali lipat pada Januari 2023 dibandingkan tahun 2010.
Salah satu faktor pemicunya adalah konsumsi makanan dan minuman manis yang berlebihan. Selain meningkatkan risiko diabetes, konsumsi gula berlebih juga dapat memicu perilaku hiperaktif dan tantrum pada anak akibat lonjakan kadar gula darah.
Dr. Siska Mayasari Lubis, anggota Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi IDAI, menjelaskan bahwa mengurangi konsumsi gula pada anak tidak bisa dilakukan secara drastis.
Baca Juga: Apakah Pengidap Asam Urat Boleh Makan Petai? Ini Saran Dokter
Penurunan asupan gula perlu dilakukan secara bertahap agar anak dapat beradaptasi tanpa mengalami tantrum. Ia menekankan pentingnya edukasi secara perlahan kepada anak mengenai dampak buruk konsumsi gula yang berlebihan.
Bagi anak usia sekolah, dr. Siska menganjurkan orang tua untuk lebih aktif memantau makanan dan minuman yang dikonsumsi di sekolah.
Orang tua dapat berdialog dengan anak mengenai jajanan yang mereka beli, seperti jus kemasan atau susu rasa cokelat, untuk mengevaluasi apakah asupan gula harian mereka sudah melebihi batas wajar.
Baca Juga: Apakah Pengidap Asam Urat Boleh Makan Petai? Ini Saran Dokter
Selain itu, orang tua juga disarankan untuk melakukan skrining diabetes, terutama bagi anak-anak berusia 10 tahun ke atas.
Skrining ini penting untuk mendeteksi potensi diabetes lebih dini, sehingga intervensi dapat dilakukan sebelum muncul komplikasi yang lebih serius.
Artikel Terkait
Begini Cara Konsumsi Nasi Putih bagi Penderita Diabetes
Waspada! Gejala Pikun Bisa Muncul di Mata, Kenali Tanda-tandanya
Tenggorokan Gatal: Penyebab dan Cara Mengatasinya
Dokter Urologi Ungkap Pemicu Urine Bau Setelah Makan Petai