Sering Begadang Bisa Picu Stroke, Kok Bisa Sih? Simak di Sini Penjelasannya!

photo author
- Selasa, 6 Mei 2025 | 08:08 WIB
Ilustrasi begadang (Pexels/cottonbro studio)
Ilustrasi begadang (Pexels/cottonbro studio)

KALTENGLIMA.COM - Kaum anak muda harus lebih berhati-hati, keseringan begadang ternyata bisa memicu masalah stroke. Stroke sendiri merupakan kondisi medis serius yang terjadi saat pasokan darah ke otak mengalami gangguan, akibat penyumbatan (iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (hemoragik). Spesialis saraf dari Perhimpunan Dokter Neurologi Seluruh Indonesia (Perdosni) dr Henry Riyanto SpN menerangkan kebiasaan begadang mungkin saja menjadi salah satu faktor risiko stroke. Dalam pandangannya, ini berkaitan erat dengan tingkat stres tinggi yang ditimbulkan dari begadang. Sehingga, ia mengimbau masyarakat untuk dapat tetap mendapatkan jam tidur pengganti setelahnya, bila terpaksa harus begadang.

"Begadang itu kan antaranya itu masalah hormonal ya, dalam arti kata stres. Kalau misalnya kita begadang, mungkin kita harus membayar kurang tidurnya di waktu lain, karena otak kita ini membutuhkan istirahat," jelas dr Henry ketika ditemui di acara Symposium 'Recent Update of Neuroscience & Minimally Invasive Neurosurgery' di Mayapada Hospital Jakarta Selatan.

"Masalah begadang, mungkin pada jangka waktu tertentu, kendali stres, tiap orang pasti punya stres, kenali bagaimana cara holiday-nya, bagaimana cara mengeluarkan stresnya itu," lanjutnya.

Baca Juga: Hindari Penggunaan Aplikasi Ilegal, Begini Cara Memiliki Dua Akun WhatsApp di Satu Ponsel

dr Henry menjelaskan mengenai faktor risiko stroke dibagi menjadi 'tidak bisa dikendalikan' dan 'bisa dikendalikan'. Faktor risiko 'tidak bisa dikendalikan' biasanya berkaitan dengan riwayat keluarga dan genetik.

Menurut dr Henry, penting bagi masyarakat agar bisa mengenali kondisi kesehatannya masing-masing. Kenali juga faktor risiko yang bisa dikendalikan untuk mencegah stroke.

"Kita harus mengenali diri kita sendiri, bagaimana keturunannya, juga pola kerja, stres, dan lain-lain," katanya.

Baca Juga: Game Terakhir! Squid Game Season 3 Rilis Poster dan Tanggal Tayang

"Faktor risiko yang bisa dikendalikan seperti konsumsi junk food mungkin menggunakan pengawet tertentu, kadar gula tinggi, garamnya tinggi, ini bisa dinilai menjadi faktor risiko kelainan katastropik," pungkas dr Henry.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Wanda Hanifah Pramono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Berapa Panjang Usus Halus Orang Dewasa dan Fungsinya?

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:55 WIB

Bahaya Kebiasaan Mengunyah Es Batu bagi Kesehatan Gigi

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:18 WIB
X