KALTENGLIMA.COM - Intermittent fasting merupakan metode pengaturan pola makan dengan cara berpuasa dalam jangka waktu tertentu, biasanya 16 jam berpuasa dan 8 jam untuk makan.
Namun, sebagian orang menjalankannya secara ekstrem dengan memangkas jam makan jauh lebih singkat dibandingkan waktu puasanya demi menurunkan berat badan lebih cepat.
Praktik ini dinilai tidak sehat dan tidak dianjurkan oleh dokter. Menurut Pandu Tridana Sakti, dokter spesialis penyakit dalam dari Eka Hospital Permata Hijau, puasa yang dilakukan secara berlebihan dapat membuat tubuh menjadi lemas karena kekurangan asupan makanan yang seharusnya diolah menjadi energi.
Baca Juga: 548 Anak Terjangkit Campak, Bangkalan Tetapkan Status Darurat
Ketika puasa berlangsung terlalu lama, rasa lapar akan meningkat drastis sehingga mendorong seseorang makan berlebihan pada jam makan yang tersedia.
Kondisi ini bisa memicu lonjakan kadar gula darah secara tiba-tiba dan berpotensi menyebabkan resistensi insulin yang akhirnya berujung pada diabetes tipe 2.
Jika pola makan tidak teratur, produksi dan kerja insulin dalam tubuh pun menjadi kacau sehingga berisiko menimbulkan hiperglikemia atau kadar gula darah tinggi yang berbahaya bagi organ tubuh.
Baca Juga: Gangguan Mata Juling: Faktor Penyebab dan Tanda-Tanda yang Muncul
Dokter Pandu menekankan pentingnya menjaga keteraturan jam makan agar kadar insulin tetap stabil. Ia menyarankan agar intermittent fasting tidak dilakukan dengan waktu puasa yang terlalu panjang.
Sebagai contoh, seseorang yang terbiasa sarapan lalu menghilangkan kebiasaan tersebut saat berdiet akan mudah merasa lemas karena insulin tetap diproduksi meski tidak ada asupan makanan, sehingga kadar gula dalam tubuh menurun drastis.
Dengan demikian, pengaturan waktu makan yang konsisten sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan dapat membantu mencegah risiko diabetes.
Artikel Terkait
Minum Air Saat Terbangun di Malam Hari Bikin Ginjal Rusak, Benarkah?
Tahu atau Tempe, Mana Sumber Protein yang Lebih Unggul untuk Tubuh?
Tren Padel Kian Populer, Waspadai Risiko Cedera Mata Menurut Dokter
Gangguan Mata Juling: Faktor Penyebab dan Tanda-Tanda yang Muncul