KALTENGLIMA.COM - Gangguan obsesif-kompulsif atau Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) merupakan salah satu kondisi kesehatan mental yang ditandai dengan munculnya obsesi berupa pikiran, gambaran, atau dorongan yang berulang serta kompulsi berupa perilaku berulang yang dilakukan untuk meredakan kecemasan.
Kondisi ini dapat sangat mengganggu aktivitas sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup penderitanya.
Gejala OCD umumnya terbagi menjadi dua, yaitu obsesi dan kompulsi. Obsesi ditandai dengan pikiran atau dorongan yang muncul berulang kali tanpa dikehendaki dan biasanya menimbulkan kecemasan, ketakutan, atau ketidaknyamanan.
Baca Juga: Sunscreen Disebut Ganggu Penyerapan Vitamin D, Fakta atau Mitos?
Beberapa bentuk obsesi yang sering dialami antara lain rasa takut berlebihan terhadap kontaminasi atau kotoran, keraguan berulang seperti memastikan pintu sudah terkunci atau kompor sudah dimatikan, kebutuhan agar segala sesuatu tampak teratur dan seimbang, munculnya pikiran agresif atau berbahaya seperti menyakiti diri sendiri atau orang lain meskipun tidak memiliki niat untuk melakukannya, serta pikiran yang dianggap tabu atau tidak pantas seperti terkait seksualitas atau agama.
Sementara itu, kompulsi adalah tindakan berulang yang dilakukan sebagai respons terhadap obsesi, biasanya berbentuk semacam ritual untuk meredakan kecemasan meski sebenarnya tidak berhubungan dengan hal yang ditakuti.
Bentuk kompulsi yang umum meliputi mencuci atau membersihkan secara berlebihan hingga menimbulkan iritasi kulit, mengecek sesuatu berulang kali seperti pintu atau kompor, melakukan perhitungan atau mengulang pola tertentu seperti menghitung langkah atau mengulang doa dalam hati, menyusun dan merapikan barang secara berlebihan, serta terus-menerus meminta kepastian dari orang lain mengenai tindakan yang dilakukan.
Baca Juga: Coba Konsumsi, Daftar Makanan Ini Bisa Bantu Tenangkan Pikiran
Tingkat keparahan gejala OCD bervariasi pada tiap individu. Ada penderita yang hanya mengalami gejala ringan dan masih bisa menjalani aktivitas normal, namun ada juga yang mengalami gejala berat hingga mengganggu pekerjaan, sekolah, maupun hubungan sosial.
Gejala biasanya memburuk ketika penderita berada dalam kondisi stres atau tekanan tinggi. Penting untuk membedakan OCD dengan sifat perfeksionis.
Perfeksionis hanya berkaitan dengan keinginan agar hasil kerja sempurna, sedangkan OCD melibatkan obsesi dan kompulsi yang berlebihan, tidak rasional, dan mengganggu kehidupan sehari-hari.
Baca Juga: Metode 'Japanese Walking' Viral di TikTok, Jalan Kaki 30 Menit dengan Segudang Manfaat Kesehatan
Apabila gejala obsesi dan kompulsi mulai mengganggu rutinitas, pekerjaan, atau hubungan sosial, maka disarankan segera berkonsultasi dengan dokter atau tenaga kesehatan jiwa agar mendapatkan penanganan yang tepat.
Artikel Terkait
Telur Setengah Matang: Menyehatkan atau Justru Berisiko?
Olahraga Ini Bisa Jadi Terapi Stres, Coba 3 Pilihan Terbaiknya
Kulit Susah Glowing? Bisa Jadi Skin Barrier Rusak, Simak Saran Dokter di Sini!
Metode 'Japanese Walking' Viral di TikTok, Jalan Kaki 30 Menit dengan Segudang Manfaat Kesehatan