Cara Mengendalikan Pikiran dan Emosi saat Terpapar Berita Buruk Menurut Psikolog

photo author
- Selasa, 2 September 2025 | 09:29 WIB
Ilustrasi stress. (Pixabay/Peggy_marco)
Ilustrasi stress. (Pixabay/Peggy_marco)

Menurut Pamela, literasi digital menjadi kunci agar masyarakat lebih tangguh menghadapi banjir informasi.

Banyak orang kerap terjebak pada kesimpulan prematur hanya dengan membaca judul berita atau komentar tanpa memahami isi secara utuh.

Baca Juga: Sunscreen Disebut Ganggu Penyerapan Vitamin D, Fakta atau Mitos?

Media sosial turut memperburuk keadaan karena menyebarkan informasi yang tidak akurat. Kelompok yang lebih rentan terhadap dampak negatif ini meliputi orang tua dan lansia, remaja yang aktif menggunakan media sosial, serta individu dengan literasi digital rendah. Oleh sebab itu, kemampuan mengelola emosi menjadi hal yang sangat penting.

Pamela menekankan perlunya peran aktif individu, institusi pendidikan, dan komunitas sosial dalam memberikan edukasi berkelanjutan terkait literasi digital serta keterampilan regulasi emosi.

Tujuannya adalah membentuk masyarakat yang resilien dan siap secara psikologis menghadapi tekanan arus informasi di era digital.

Baca Juga: Coba Konsumsi, Daftar Makanan Ini Bisa Bantu Tenangkan Pikiran

Ia juga membagikan beberapa strategi praktis seperti membatasi konsumsi informasi yang memicu kecemasan, mengandalkan sumber berita kredibel, menghindari topik yang terlalu memicu emosi, serta memperbanyak paparan konten positif.

Pamela menegaskan pentingnya berpikir logis, objektif, dan selalu mencari informasi dari berbagai sudut pandang.

Selain itu, ia mengingatkan pentingnya kesadaran diri untuk membedakan hal-hal yang dapat dan tidak dapat dikendalikan.

Baca Juga: Metode 'Japanese Walking' Viral di TikTok, Jalan Kaki 30 Menit dengan Segudang Manfaat Kesehatan

Fokus pada peran serta tanggung jawab yang bisa dijalankan akan membantu menjaga optimisme.

Dukungan sosial dari orang terdekat juga berperan besar dalam meredakan kecemasan, sebab banyak orang hanya membutuhkan didengarkan dan dipahami tanpa penilaian.

Namun, Pamela menegaskan bahwa sebelum membantu orang lain, setiap individu perlu menyadari kondisi mentalnya terlebih dahulu.

Jika merasa tidak siap, maka sebaiknya menghubungkan orang tersebut dengan tenaga profesional seperti psikolog, psikiater, atau konselor.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Laili Rukhmina

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Berapa Panjang Usus Halus Orang Dewasa dan Fungsinya?

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:55 WIB

Bahaya Kebiasaan Mengunyah Es Batu bagi Kesehatan Gigi

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:18 WIB
X