KALTENGLIMA.COM - Ketindihan saat tidur atau sleep paralysis adalah kondisi ketika seseorang merasa sadar tetapi tidak mampu bergerak atau berbicara.
Situasi ini sering menimbulkan ketakutan karena dapat muncul bersamaan dengan halusinasi atau sensasi tekanan berat di dada.
Meskipun tidak membahayakan secara fisik, kondisi ini dapat mengganggu kenyamanan dan menimbulkan kecemasan.
Ketindihan biasanya terjadi pada masa transisi antara tidur dan terbangun. Pada saat ini, otak sudah terjaga, tetapi tubuh masih berada dalam kondisi lumpuh atau atonia, yaitu mekanisme alami yang mencegah tubuh bergerak saat bermimpi. Durasi ketindihan dapat berlangsung beberapa detik hingga beberapa menit.
Baca Juga: Ketua IDAI Berharap Banjir Sumatera Ditetapkan Jadi Bencana Nasional
Selama itu, penderitanya dapat merasa terjebak dalam tubuh sendiri, mengalami kesulitan bernapas, serta merasakan kehadiran bayangan atau suara yang tidak nyata sehingga membuat pengalaman tersebut semakin menakutkan.
Ada sejumlah faktor yang dapat memicu terjadinya ketindihan saat tidur, seperti kurang tidur, stres, posisi tidur terlentang, gangguan tidur lain seperti sleep apnea atau narcolepsy, hingga faktor keturunan.
Gejalanya meliputi ketidakmampuan bergerak setelah terbangun, halusinasi, tekanan di dada, dan rasa cemas akibat tidak dapat mengendalikan tubuh.
Baca Juga: Imbas Imunisasi Rendah, Anak-anak Korban Bencana Sumatera Dihantui Risiko Campak
Untuk mencegahnya, langkah-langkah yang disarankan antara lain menjaga kualitas tidur, mengelola stres, memilih posisi tidur yang nyaman, membatasi konsumsi kafein dan alkohol, serta berkonsultasi dengan dokter jika kondisi ini terjadi berulang.
Dengan memahami penyebab dan cara penanganannya, risiko mengalami ketindihan dapat berkurang dan kualitas tidur dapat meningkat.
Artikel Terkait
Berat Badan Tidak Stabil Setiap Hari? Kenali Penyebab Umum yang Kerap Terlewat
Hati-Hati, Ini Ciri Fatty Liver yang Kerap Diabaikan!
Imbas Imunisasi Rendah, Anak-anak Korban Bencana Sumatera Dihantui Risiko Campak
Ketua IDAI Berharap Banjir Sumatera Ditetapkan Jadi Bencana Nasional