KALTENGLIMA.COM - Produk wewangian seperti parfum ternyata dapat mengandung berbagai bahan kimia yang berisiko terhadap kesehatan, terutama jika digunakan dalam jangka panjang.
Berdasarkan informasi dari Health, penelitian menunjukkan bahwa senyawa seperti paraben, fenol, dan ftalat yang biasa digunakan untuk memperpanjang umur simpan dan menstabilkan aroma, berpotensi menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, mulai dari penyakit jantung dan tekanan darah tinggi hingga masalah kehamilan dan kelahiran prematur.
Ftalat, salah satu bahan kimia yang umum ditemukan dalam parfum, dikenal sebagai racun bagi sistem reproduksi. Menurut Julia Varshavsky, PhD, MPH, dari Universitas Northeastern, senyawa ini termasuk dalam kelompok pengganggu endokrin yang bisa meniru atau mengacaukan kerja hormon dalam tubuh, sehingga mengganggu sistem perkembangan, neurologis, dan reproduksi manusia.
Baca Juga: Pakar Beberkan 5 Gejala Autisme pada Anak Perempuan yang Kerap Tak Disadari
Risiko paparan ftalat paling besar terjadi selama masa perkembangan janin. Selain itu, paraben juga dikaitkan dengan infertilitas pada perempuan, sedangkan pada laki-laki, ftalat dikaitkan dengan penurunan kualitas sperma, kelainan bawaan seperti testis yang tidak turun (kriptorkismus), dan kelainan uretra (hipospadia).
John Meeker, profesor dari University of Michigan, menambahkan bahwa meskipun banyak studi awal dilakukan pada hewan, bukti dari penelitian manusia kini semakin mendukung temuan tersebut.
Sayangnya, bahan kimia ini seringkali tidak dicantumkan secara jelas pada label produk. Paraben dapat dikenali dari nama seperti metil paraben (MP), etil paraben (EP), butil paraben (BP), dan propil paraben (PP), sementara ftalat muncul dengan nama seperti DEP, DEHP, DBP, atau BBP.
Baca Juga: Waspada! Olahraga Berlebihan Dapat Sebabkan Gagal Ginjal
Untuk mengurangi paparan, Meeker menyarankan agar konsumen mulai memperhatikan label kemasan, dan jika tetap ingin menggunakan parfum yang mengandung ftalat, sebaiknya mengimbangi dengan produk kosmetik lain yang bebas dari bahan tersebut.
Kabar baiknya, menurut Stephanie Eick, PhD, dari Universitas Emory, ftalat memiliki waktu paruh yang singkat di dalam tubuh dan bisa dikeluarkan dalam waktu kurang dari satu hari.
Namun karena penggunaannya begitu meluas dalam berbagai produk, paparan yang terjadi pun bersifat terus-menerus.
Baca Juga: Heboh! Es Krim Beralkohol di Surabaya, Satpol PP Turun Tangan
Oleh karena itu, menghindari atau mengurangi penggunaan produk yang mengandung ftalat merupakan langkah nyata untuk melindungi diri dari dampak buruk bahan kimia ini.