KALTENGLIMA.COM - Gelombang protes masyarakat terkait gaji dan tunjangan besar anggota DPR belakangan semakin memanas.
Aksi unjuk rasa yang semula terpusat di depan gedung DPR/MPR Senayan, Jakarta, meluas ke berbagai kota lain.
Situasi kian tegang setelah seorang pengemudi ojek online bernama Affan Kurniawan meninggal dunia akibat dilindas kendaraan taktis Brimob, sementara di Makassar jumlah korban jiwa bertambah hingga empat orang.
Baca Juga: Tips Mindfulness untuk Meredakan Pikiran Tegang di Tengah Kondisi Panas
Penyampaian aspirasi yang diharapkan berlangsung damai justru berakhir ricuh, menimbulkan kerusakan fasilitas umum, mengganggu transportasi publik, hingga merenggut nyawa.
Bahkan, sejumlah rumah pejabat dijarah massa pada akhir Agustus 2025. Derasnya pemberitaan mengenai peristiwa ini pun menimbulkan kekhawatiran baru, khususnya terkait dampaknya terhadap kesehatan mental masyarakat.
Psikolog klinis dari Universitas Gadjah Mada, Pamela Andari Priyudha, M.Psi., mengingatkan bahwa paparan berita negatif yang terus-menerus dapat menimbulkan ketegangan psikologis kronis.
Baca Juga: Mengenal Gejala OCD yang Tak Boleh Diabaikan
Ia menjelaskan bahwa kondisi ketidakberdayaan yang dirasakan masyarakat berpotensi memicu learned helplessness, yaitu perasaan seolah tidak mampu mengubah keadaan meskipun sebenarnya masih ada peluang.
Situasi ini sangat berbahaya karena dapat melahirkan sikap apatis, frustrasi, bahkan depresi kolektif.
Pamela menambahkan, tubuh yang terus-menerus berada dalam kondisi siaga akibat arus informasi buruk akan meningkatkan kecemasan.
Baca Juga: Tips Mindfulness untuk Meredakan Pikiran Tegang di Tengah Kondisi Panas
Walaupun kecemasan adalah mekanisme alami sebagai alarm tubuh, jika berlangsung terlalu lama dapat menjadi maladaptif dan berbahaya bagi kesehatan mental.