KALTENGLIMA.COM - Hipovolemia merupakan kondisi ketika tubuh mengalami penurunan volume cairan darah secara signifikan, berbeda dengan dehidrasi yang menggambarkan kekurangan cairan tubuh secara umum.
Dalam kondisi ini, tubuh dapat kehilangan lebih dari 15 persen cairan dalam sistem peredaran darah, dan jika tidak segera ditangani bisa berkembang menjadi keadaan darurat medis.
Gejala awal hipovolemia biasanya berupa rasa haus berlebihan, kulit kering, dan mudah merasa lemas. Apabila dibiarkan, gejalanya dapat memburuk dengan munculnya tekanan darah rendah, napas cepat, detak jantung tidak teratur, hingga penurunan suhu tubuh.
Baca Juga: Berat Badan Turun Saat Stres, Apakah Wajar? Ini Kata Ahli
Kekurangan cairan dalam darah menyebabkan pasokan oksigen ke jaringan berkurang, sehingga berisiko menimbulkan kerusakan organ, kegagalan fungsi tubuh, bahkan syok hipovolemik yang dapat berakibat fatal.
Kondisi ini dapat dialami oleh siapa saja, tetapi ada kelompok tertentu yang lebih rentan, seperti lansia, penderita diabetes, orang yang sering berolahraga di cuaca panas, pasien pasca operasi, penderita penyakit kronis, serta individu dengan riwayat tekanan darah rendah atau anemia.
Upaya pencegahan yang paling sederhana adalah menjaga kecukupan cairan harian, minimal delapan gelas sehari, atau lebih jika beraktivitas berat maupun berkeringat banyak.
Baca Juga: Gen Z Ramai Posting Rambut Beruban, Ini Alasannya
Bila hipovolemia masih dalam tahap ringan, mengonsumsi cairan elektrolit bisa membantu menggantikan cairan yang hilang.
Namun, pada kondisi yang lebih serius, penanganan medis melalui pemberian cairan infus atau transfusi harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih berbahaya.