Dalam survei yang dilakukan antara Maret hingga Mei 2021, dari 12.187 perempuan yang dianalisis, lebih dari 1.000 di antaranya masih mengalami long Covid, sekitar 1.700 sudah sembuh, sementara 9.400 tidak pernah positif Covid-19.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan dengan long Covid cenderung mengalami menstruasi yang lebih lama, lebih berat, serta perdarahan di luar siklus normal.
Survei lanjutan terhadap 54 perempuan juga mendapati bahwa gejala long Covid mereka semakin memburuk menjelang dan saat menstruasi.
Baca Juga: Apakah Berbahaya Jika Minum Air Putih Terlalu Banyak? Ini Kata Pakar
Analisis darah terhadap 10 perempuan penderita long Covid mengungkap adanya peradangan pada lapisan rahim serta kadar hormon dihydrotestosterone yang lebih tinggi dari normal, yang diduga menjadi penyebab menstruasi lebih berat.
Kondisi ini diperparah dengan fakta bahwa banyak perempuan usia subur sudah rentan kekurangan zat besi, sementara menstruasi berat semakin meningkatkan risiko tersebut.
Kekurangan zat besi sendiri dapat menimbulkan gejala seperti kelelahan, sesak napas, dan pusing, yang juga umum dialami oleh penderita long Covid.
Baca Juga: Apa Dampak Minum Kopi Setelah Bangun Tidur? Ini Penjelasan Dokter
Dr Maybin menegaskan bahwa kombinasi long Covid dengan kekurangan zat besi dapat membuat perempuan merasa sangat lemah hingga kesulitan beraktivitas.
Pendapat serupa disampaikan oleh Dr Viki Male, peneliti imunologi reproduksi dari Imperial College London, yang menekankan bahwa peradangan pada rahim sering berkaitan dengan menstruasi berat.
Ia menyebut obat anti-inflamasi yang biasanya digunakan untuk mengurangi perdarahan menstruasi mungkin juga bermanfaat bagi penderita long Covid dengan gejala serupa.
Baca Juga: Berapa Banyak Air yang Harus Diminum Supaya Batu Ginjal Bisa Keluar?
Temuan ini memberikan petunjuk baru bahwa terapi anti-inflamasi bisa menjadi salah satu pendekatan potensial untuk membantu perempuan dengan long Covid yang mengalami menstruasi berat.