"Pada beberapa kasus, plasenta itu menempel sangat kuat sampai masuk ke dalam lapisan otot rahim. Ada juga yang menembus lebih dalam sehingga harus dilahirkan dengan tindakan pembedahan atau bahkan rahimnya harus diangkat. Itu namanya plasenta akreta atau perkreta," jelasnya.
Di sisi lain, intervensi yang dilakukan secara salah atau terlalu agresif justru dapat menimbulkan komplikasi sangat berbahaya. Salah satunya ialah inversio uteri atau rahim terbalik.
Baca Juga: Bencana Longsor di Cilacap, Baznas Kerahkan Tim Tanggap Bencana
Prof Budi menjelaskan, inversio uteri terjadi saat plasenta yang masih menempel ditarik paksa, menyebabkan rahim ikut tertarik keluar melalui vagina. "Itu kondisi yang sangat berbahaya. Bisa menyebabkan perdarahan hebat, syok, bahkan kematian," tegasnya.