Baca Juga: BMKG Rilis Perkiraan Puncak Musim Hujan 2024/2025 di Indonesia, Ini Jadwalnya
Ke depan, CEO Tupperware Laurie Ann Goldman menyatakan kalau Tupperware berencana untuk beralih ke model bisnis yang menggunakan digitalisasi dan tidak bergantung pada aset.
Tupperware mengajukan telah status kebangkrutan ke pengadilan di Amerika Serikat pada September 2024.
Langkah ini diambil setelah proses negosiasi yang berlarut-larut antara perusahaan dan para pemberi pinjaman (kreditur) dari USD 700 juta.
Baca Juga: Kampanye Akbar Pramono-Rano: Ajak Warga Jakarta Gembira Bersama
Saat itu, Chief Restructuring Officer Tupperware, Brian J. Fox, mengakui perusahaan saat ini dalam kondisi kesulitan keuangan, terutama penjualan yang terus anjlok.
“Menghadapi kebutuhan likuiditas yang semakin mendesak dan tekanan operasional yang terus berlanjut, perusahaan memulai kembali upaya pemasaran untuk ketiga kalinya setelah akhir pekan 4 Juli,” ungkapnya.
Tupperware mengakui penjualan mereka kian anjlok sejak 2020, terutama saat pandemi COVID-19 menyerang dunia dan pendapatan terus turun.
Pada Juni tahun ini, perusahaan bahkan menutup satu-satunya pabrik di Amerika Serikat dan memberhentikan hampir 150 karyawannya.
Artikel Terkait
STY Turunkan Skuad U-22 di AFF 2024, Target Tembus Final
Prabowo Bakal Hukum Bank Kelola Dana Haji yang Hanyar Cari Cuan
Avanza Maut Tabrak Pasutri di Grogol Hingga Tewas
Kemenag Usul Anggota TNI jadi Petugas Haji 2025
Ternyata Ini Alasan Apple Tak Produksi iPhone 9