KALTENGLIMA.COM - Hasil penelitian terbaru mengungkap bahwa air hujan di wilayah Jakarta ternyata mengandung mikroplastik, sebuah temuan yang menimbulkan kekhawatiran baru mengenai tingkat pencemaran udara dan lingkungan di kawasan perkotaan.
Guru Besar IPB University dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Prof. Etty Riani, menjelaskan bahwa secara ilmiah fenomena ini sangat mungkin terjadi karena partikel mikroplastik, terutama yang berukuran sangat kecil seperti nanoplastik, memiliki massa yang ringan dan mudah terbawa ke atmosfer.
Partikel-partikel ini dapat berasal dari berbagai sumber di darat, seperti gesekan ban kendaraan bermotor, pelapukan sampah plastik yang kering lalu tertiup angin, serta serat pakaian berbahan sintetis.
Baca Juga: Banjir Rendam Siak Riau, Ratusan Keluarga di 4 Desa Terpaksa Mengungsi
Begitu terangkat ke udara, partikel mikroplastik akan melayang di atmosfer dan akhirnya turun kembali ke permukaan bumi bersama air hujan.
Hujan berfungsi layaknya penyaring udara alami yang membawa partikel mikroplastik turun bersama tetesan air. Karena ukurannya sangat kecil dan tidak tampak oleh mata, air hujan sering kali terlihat bersih padahal telah tercemar partikel mikroplastik.
Prof. Etty menambahkan bahwa sumber pencemaran mikroplastik di udara perkotaan seperti Jakarta sangat beragam.
Baca Juga: Pencarian Kapal Ambulans di Selat Makassar Resmi Dihentikan, 3 Korban Belum Ditemukan
Selain dari aktivitas transportasi dan pelapukan limbah plastik, serat sintetis dari pakaian juga memberikan kontribusi besar terhadap penyebaran partikel ini di udara.
Ia menjelaskan bahwa kondisi lingkungan seperti suhu udara yang tinggi dan cuaca kering mempercepat proses pelapukan plastik sehingga partikel-partikel kecilnya lebih mudah beterbangan ke atmosfer.
Tingginya ketergantungan manusia terhadap plastik dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari aktivitas pagi hingga malam, turut memperburuk situasi. Penggunaan plastik yang masif menyebabkan peningkatan akumulasi mikroplastik dan nanoplastik di lingkungan.
Baca Juga: Gunung Lokon Tomohon Kini Berstatus Waspada Usai Aktivitas Mereda
Melihat kondisi ini, Prof. Etty menilai perlunya langkah nyata dari pemerintah maupun masyarakat untuk mengatasi persoalan ini.
Ia menyerukan perubahan gaya hidup menuju pola yang lebih ramah lingkungan, seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menghindari produk perawatan tubuh yang mengandung mikroplastik, serta membiasakan diri memilah sampah dari rumah.
Artikel Terkait
KPK Selidiki Legalitas Lahan soal Kasus Jalan Tol Trans Sumatera
Prabowo Instruksikan Biaya Haji Diturunkan serta Percepat Pemanggilan
Upaya Selundupkan 100 Paket Ganja dari Papua Nugini Berhasil Digagalkan Ditpolair
Gunung Lokon Tomohon Kini Berstatus Waspada Usai Aktivitas Mereda