KALTENGLIMA.COM - Korban meninggal dunia akibat Topan Kalmaegi di Filipina meningkat menjadi 114 orang, sementara 127 lainnya masih dinyatakan hilang.
Badan penanggulangan bencana Filipina melaporkan bahwa badai tersebut kini kembali menguat saat bergerak menuju Vietnam.
Provinsi Cebu menjadi wilayah yang paling parah terdampak, dengan kerusakan besar terlihat setelah air banjir mulai surut — rumah-rumah hancur, kendaraan terbalik, dan jalan-jalan dipenuhi puing-puing.
Baca Juga: Waspada! BMKG Prediksi Hujan Deras Disertai Petir Landa Beberapa Wilayah Tanah Air
Lebih dari 200.000 warga dievakuasi sebelum badai menerjang pada Selasa, 4 November.
Banyak di antara mereka kini kembali dan mendapati rumah mereka rata dengan tanah, sementara sebagian lainnya masih berupaya membersihkan lumpur dan reruntuhan.
Ribuan tentara dikerahkan untuk membantu proses evakuasi, pencarian korban hilang, dan pemulihan wilayah terdampak.
Baca Juga: Kasus CSR BI–OJK, KPK Sita Ambulans dan Aset Bernilai Fantastis Rp10 Miliar
Pejabat senior pertahanan sipil Filipina, Raffy Alejandro, menyebut tantangan terbesar saat ini adalah pembersihan puing.
Langkah ini penting tidak hanya untuk menemukan korban yang masih hilang, tetapi juga untuk memperlancar penyaluran bantuan ke wilayah yang terdampak parah.
Topan Kalmaegi merupakan badai ke-20 yang melanda Filipina sepanjang tahun ini. Bencana tersebut datang hanya sebulan setelah gempa berkekuatan 6,9 mengguncang wilayah utara Cebu, menewaskan puluhan orang dan memaksa ribuan warga mengungsi.
Baca Juga: Harga Emas Antam Melonjak Rp27 Ribu, Kini Tembus Rp2,287 Juta per Gram
Saat Kalmaegi keluar dari wilayah pemantauan Filipina, badan meteorologi melaporkan adanya sistem badai baru yang terbentuk di timur Mindanao dan berpotensi berkembang menjadi topan dalam waktu dekat.
Sementara itu di Vietnam, pemerintah memerintahkan evakuasi sekitar 350.000 penduduk di Provinsi Gia Lai dan beberapa wilayah tengah lainnya yang diperkirakan akan terdampak langsung.
Otoritas memperingatkan kemungkinan hujan lebat dan angin kencang yang dapat menyebabkan banjir serta mengganggu aktivitas pertanian, termasuk di daerah penghasil kopi utama yang sedang memasuki musim panen.
Artikel Terkait
Pemerintah Siapkan Perpres Ojek Online, Fokus pada Perlindungan dan Kesejahteraan Pengemudi
KPK Tangkap Gubernur Riau Abdul Wahid, Diduga Pungut Jatah Preman dari Dinas PUPR
Harga Emas Antam Melonjak Rp27 Ribu, Kini Tembus Rp2,287 Juta per Gram
Kasus CSR BI–OJK, KPK Sita Ambulans dan Aset Bernilai Fantastis Rp10 Miliar