KALTENGLIMA.COM - Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa harga alat kesehatan (alkes) dan obat-obatan di Indonesia harus lebih murah dibandingkan dengan luar negeri.
Hal ini disampaikan dalam rapat di Istana Negara, Jakarta, pada Selasa, 2 Juli, terkait mahalnya harga alkes di Indonesia.
Anggota Komisi IX DPR Fraksi PAN, Saleh Partaonan Daulay, mengidentifikasi beberapa faktor yang menyebabkan harga alkes dan obat-obatan di Indonesia lebih mahal.
Baca Juga: Puan Maharani Pertimbangkan Kaesang Maju pada Pilkada Jateng 2024
Pertama, hampir 90 persen bahan baku obat masih diimpor, yang menyebabkan kenaikan harga dalam proses pengadaannya di dalam negeri.
"Kedua, teknologi produksi alkes dan obat di Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan negara lain. Di negara seperti China, produksi dilakukan dengan teknologi mutakhir, sementara di Indonesia masih membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga, yang meningkatkan biaya produksi," jelas Saleh kepada wartawan, Rabu, 3 Juli.
Ketiga, tenaga ahli di Indonesia masih kurang. Menurut Saleh, Indonesia membutuhkan lebih banyak tenaga terampil agar dapat memproduksi alkes dan obat-obatan berkualitas setara dengan luar negeri.
Baca Juga: Ini Alasan Matahari Tutup Gerai di Sebagian Tempat
Keempat, perusahaan produsen obat di Indonesia masih belum kuat dan kalah bersaing dengan produk luar.
Saleh menambahkan bahwa masyarakat masih percaya bahwa obat asing lebih baik dan manjur, sehingga distribusi dan konsumsi obat dalam negeri tertinggal.
Untuk mengatasi masalah ini, Saleh menyarankan pemerintah untuk fokus meningkatkan kapasitas dan kualitas bahan baku obat, sumber daya manusia (SDM), dan teknologi.
Baca Juga: 9 Pejalan Kaki Tewas usai Tabrakan Maut di Korea Selatan
Semua potensi dalam negeri harus dimaksimalkan untuk bersaing dengan negara lain. Pemerintah harus membuat kebijakan yang dapat meningkatkan daya saing Indonesia di kancah global.
Saleh juga menyarankan agar pemerintah memberikan dukungan kepada produsen obat dalam negeri yang berprestasi.
Artikel Terkait
Waspada! Hacker Incar RI untuk Pengguna Android Jenis Ini
Intensif ASN yang Pindah ke IKN Belum Jelas, Masih Perlu Dikaji
9 Pejalan Kaki Tewas usai Tabrakan Maut di Korea Selatan