Program ini bertujuan memperbaiki aspek sanitasi dan ventilasi udara di rumah pasien agar lingkungan tempat tinggal mereka lebih sehat, sehingga mendukung proses pemulihan.
Selain itu, Dinas Kesehatan juga mengandalkan peran kader Asmara TBC, yang bertugas membantu petugas puskesmas dalam menelusuri serta memantau pasien agar tetap menjalani pengobatan sesuai prosedur.
Dengan adanya kader ini, pasien diharapkan dapat menyelesaikan pengobatan hingga tuntas, sehingga dapat mencegah resistensi obat yang berpotensi memperburuk kondisi kesehatan mereka.
Baca Juga: Alasan di Balik Penggeledahan KPK di Rumah Ridwan Kamil
Pemanfaatan teknologi turut menjadi bagian dari strategi penanggulangan TBC di Kota Tangerang.
Melalui aplikasi Sistem Informasi TB (SITB) yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dinas Kesehatan dapat memantau pasien secara real-time, termasuk riwayat pengobatan bagi mereka yang berpindah domisili.
Masyarakat diimbau untuk tidak ragu dalam memeriksakan diri apabila mengalami gejala TBC, karena deteksi dini serta pengobatan yang tepat waktu sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit di lingkungan sekitar.
Baca Juga: KPK Ungkap Dugaan Korupsi Iklan di BJB yang Merugikan Negara Hingga Ratusan Miliar
Dengan pengobatan yang konsisten selama enam bulan, TBC dapat disembuhkan.
Oleh karena itu, menjaga kesehatan diri, menciptakan lingkungan yang bersih, serta menerapkan pola hidup sehat menjadi langkah penting dalam upaya pencegahan dan pengendalian TBC di Kota Tangerang.
Artikel Terkait
Damkar Evakuasi Mobil yang Terperosok Saat Lintasi Jalan Sempit di Depok
MAKI Mengungkap Keputusan Cerdas KPK di Balik Gugurnya Praperadilan Hasto
KPK Ungkap Dugaan Korupsi Iklan di BJB yang Merugikan Negara Hingga Ratusan Miliar
11 Maret Peringatan Hari Supersemar, Begini Sejarahnya