KALTENGLIMA.COM - Wabah kolera di Sudan Selatan terus memakan korban, dengan hampir 60 orang meninggal sejak wabah dimulai pada 28 Oktober 2024.
Menteri Informasi dan Komunikasi, Michael Makuei Lueth, melaporkan bahwa lebih dari 6.000 kasus telah tercatat di seluruh negeri, dengan penyebaran wabah terkonsentrasi di kamp-kamp pengungsi internal (IDP) dan daerah perbatasan yang menerima pengungsi dari Sudan.
Wabah ini terutama memengaruhi kamp-kamp pengungsi di Juba, Rubkona, Aweil, dan Renk. Populasi yang terkena dampak terbesar adalah para pengungsi yang melarikan diri dari konflik di Sudan. Situasi ini diperburuk oleh:
Baca Juga: Ini Dia Daftar Sayuran Penurun Tekanan Darah Tinggi, Termasuk Sawi dan Brokoli
- Kepadatan penduduk di pusat transit dan kamp.
- Kurangnya akses air bersih.
- Sanitasi yang buruk dan kebiasaan buang air besar sembarangan.
- Praktik kebersihan yang tidak memadai.
Kelompok yang paling rentan terhadap wabah ini adalah anak-anak balita dan lansia, yang lebih rentan mengalami komplikasi berat.
Baca Juga: 4 Kebiasaan Sederhana Ini Bisa Cegah Pikun dan Bikin Otak Tetap Sehat
Tindakan Pemerintah dan PBB
Pemerintah Sudan Selatan, bersama beberapa badan PBB, telah memulai kampanye vaksinasi untuk menanggulangi wabah ini.
Namun, jumlah vaksin yang tersedia saat ini sangat terbatas dan baru didistribusikan di wilayah Renk. Pemerintah sedang mengupayakan tambahan pasokan vaksin untuk menjangkau lebih banyak daerah.
Menteri Kesehatan juga mengimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan, menghindari makanan dan minuman dingin, serta hanya mengonsumsi makanan yang dimasak dengan baik sebagai langkah perlindungan.
Artikel Terkait
Viral! Dokter Koas Dianiaya Diduga Perkara Jadwal Jaga Piket, Begini Respons Kemenkes
Garam Himalaya Disebut Lebih Sehat Dari Garam Dapur, Benarkah?
4 Kebiasaan Sederhana Ini Bisa Cegah Pikun dan Bikin Otak Tetap Sehat