Hati-hati dengan Irama Jantung Tak Beraturan, Ini Dampaknya

Beberapa penderita SVT hanya merasakan ketidaknyamanan di dada tanpa menyadari lonjakan denyut jantungnya.

Episode SVT biasanya berlangsung selama dua hingga tiga jam dan bisa mereda sendiri.

Gejala yang menyertai meliputi rasa ingin muntah atau batuk. Namun, jika tidak ditangani, SVT dapat menimbulkan risiko serius, termasuk hilangnya kesadaran.

Baca Juga: Varian LF.7 dan NB.1.8 Jadi Penyebab Meningkatnya Kasus COVID di Singapura, Ini Gejalanya

Pada beberapa individu dengan kelainan bawaan sistem listrik jantung, denyut jantung bisa melonjak hingga 300 bpm, yang berisiko menyebabkan kematian mendadak.

Aritmia yang berlangsung lama juga dapat berkembang menjadi atrial fibrillation, yang dikaitkan dengan risiko gagal jantung dan stroke.

Salah satu metode pengobatan yang efektif untuk SVT adalah prosedur ablasi, yang bertujuan menghilangkan sinyal listrik abnormal dalam jantung.

Baca Juga: Perubahan pada Mata yang Jadi Tanda Kolesterol Tinggi

Prosedur ini menggunakan kateter yang dimasukkan melalui pembuluh darah besar di pangkal paha dan diarahkan ke jantung.

Dengan energi frekuensi radio, jaringan penyebab gangguan akan dipanaskan dan dihancurkan agar tidak lagi mengganggu irama jantung.

Tingkat keberhasilan prosedur ablasi mencapai 90 hingga 95 persen, dan dapat dilakukan mulai dari anak usia lima tahun hingga lansia berusia lebih dari 70 tahun.

Baca Juga: COVID-19 di Singapura Meningkat Akibat Varian Baru, Banyak Penduduk Mengeluh Tentang Gejala Ini

Meski bersifat minim invasif dan tidak memerlukan operasi besar, prosedur ini tetap memiliki risiko, terutama jika jaringan yang diablasi berada dekat dengan jalur utama sistem listrik jantung.

Dalam kasus seperti itu, pemasangan alat pacu jantung mungkin diperlukan untuk menjaga kestabilan detak jantung.