Sering atau Jarang Buang Air Kecil, Mana yang Lebih Mengancam Kesehatan?

photo author
- Sabtu, 16 Agustus 2025 | 08:00 WIB
Ilustrasi Buang Air Kecil - Busurnusa.com (HonestDocs) (Utep Sutiana)
Ilustrasi Buang Air Kecil - Busurnusa.com (HonestDocs) (Utep Sutiana)

KALTENGLIMA.COM - Frekuensi buang air kecil ternyata dapat menjadi indikator penting untuk menilai kondisi kesehatan seseorang. Para ahli menyebutkan bahwa ada kisaran normal frekuensi berkemih yang sebaiknya diperhatikan, karena jika terlalu sering atau jarang bisa menandakan adanya masalah kesehatan.

Dr. Jamin Brahmbhatt, seorang ahli urologi dari Orlando Health, menjelaskan bahwa rata-rata orang sehat buang air kecil antara enam hingga delapan kali sehari.

Umumnya, pada siang hari seseorang merasa ingin berkemih setiap tiga hingga empat jam sekali, sedangkan pada malam hari idealnya hanya sekali atau bahkan tidak sama sekali.

Baca Juga: 7 Alasan Daun Jambu Biji Baik untuk Kesehatan

Jika seseorang kerap terbangun di malam hari untuk buang air kecil, hal ini dapat menjadi tanda adanya gangguan kesehatan.

Namun, frekuensi buang air kecil juga bisa mencapai hingga sepuluh kali sehari, terutama jika mengonsumsi banyak cairan atau minuman yang merangsang produksi urine seperti kopi, teh, dan alkohol.

Minuman-minuman ini memiliki sifat diuretik yang dapat mengiritasi kandung kemih. Dr. David Shusterman dari NY Urology menyarankan untuk mengurangi kadar kafein atau alkohol, misalnya dengan membuat kopi lebih encer atau mengurangi kadar alkohol dalam koktail.

Baca Juga: Pil KB di AS Punya Kaitan dengan Resiko Kesehatan

Kencing terlalu sering tidak selalu disebabkan oleh asupan cairan berlebih, tetapi juga bisa dipicu oleh beberapa kondisi seperti kandung kemih terlalu aktif, diabetes, infeksi saluran kemih, efek obat diuretik, gangguan saraf akibat stroke atau penyakit lain, kehamilan, stres atau kecemasan, hingga perubahan hormon seperti pada menopause.

Menurut Dr. Jason Kim dari Stony Brook University, penurunan kadar estrogen pada wanita dapat memengaruhi kandung kemih karena adanya reseptor estrogen di organ tersebut, dan pada beberapa pasien terapi estrogen lokal dapat membantu.

Jika frekuensi buang air kecil mengganggu, dokter urologi dapat memberikan berbagai penanganan mulai dari terapi kandung kemih, latihan otot dasar panggul, obat-obatan, suntik botox pada kandung kemih, hingga stimulasi saraf untuk mengatur kontraksi kandung kemih.

Baca Juga: 7 Tanaman Herbal yang Dapat Meningkatkan Kesehatan Ginjal, Fungsinya Menjadi Maksimal

Sebaliknya, jarang buang air kecil, misalnya hanya setiap enam hingga delapan jam atau kurang dari empat kali sehari, bisa menjadi tanda dehidrasi atau masalah pada ginjal dan kandung kemih.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Laili Rukhmina

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Berapa Panjang Usus Halus Orang Dewasa dan Fungsinya?

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:55 WIB

Bahaya Kebiasaan Mengunyah Es Batu bagi Kesehatan Gigi

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:18 WIB
X