KALTENGLIMA.COM - Salah satu tren kebugaran yang tengah viral di berbagai media sosial adalah Japanese walking, yaitu metode berjalan kaki selama 30 menit dengan mengombinasikan interval antara jalan santai dan jalan cepat secara bergantian.
Latihan ini tergolong sederhana, mudah diakses, serta tidak memerlukan fasilitas khusus seperti gym atau peralatan mahal.
Siapa pun dapat melakukannya hanya dengan keluar rumah dan mulai berjalan. Menurut dr. Irvin Sulapas, dokter spesialis kedokteran olahraga sekaligus profesor di UTHealth Houston, keunggulan utama dari Japanese walking adalah sifatnya yang inklusif karena bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa perlu berolahraga dengan intensitas tinggi yang membuat tubuh terasa pegal.
Baca Juga: Ketahui Tiga Jenis Minyak Sehat yang Ampuh Bantu Turunkan Berat Badan
Metode ini pertama kali dikembangkan oleh para peneliti di Jepang lebih dari dua dekade lalu dengan tujuan untuk meningkatkan kebugaran fisik, terutama pada kalangan paruh baya dan lanjut usia, serta membantu mencegah penyakit akibat gaya hidup seperti obesitas dan diabetes.
Penelitian terbaru yang dirilis pada tahun 2025 menunjukkan bahwa lansia yang rutin melakukan Japanese walking selama lima bulan mengalami peningkatan signifikan dalam tekanan darah saat istirahat, kekuatan otot tungkai bawah, serta kapasitas VO₂ max yang menjadi indikator utama kebugaran jantung dan daya tahan tubuh.
Hasil tersebut diyakini turut mendorong popularitas latihan ini dalam beberapa waktu terakhir.
Menurut dr. Sergiu Darabant, dokter spesialis jantung dari Miami Cardiac & Vascular Institute, Baptist Health South Florida, latihan berjalan cepat dengan interval intensitas tinggi seperti Japanese walking memberikan manfaat besar bagi kesehatan jantung serta kebugaran secara keseluruhan.
Baca Juga: Ahli Gizi Beberkan Cara Tepat Lakukan Intermittent Fasting demi Turunkan Berat Badan
Ia menambahkan bahwa latihan ini menarik banyak orang karena tidak terasa menakutkan dan menjadi alternatif ideal bagi mereka yang memiliki gaya hidup kurang aktif.
Berdasarkan studi tahun 2007, Japanese walking dilakukan dengan cara bergantian antara tiga menit berjalan cepat dengan intensitas sekitar 70 persen dari kapasitas aerobik maksimal dan tiga menit berjalan lambat dengan intensitas sekitar 40 persen.
Pola tersebut diulang selama setidaknya 30 menit, empat kali seminggu. Rekomendasi ini masih relevan hingga kini, meskipun dr. Darabant menyarankan agar latihan dilakukan lima kali seminggu agar total aktivitas mencapai 150 menit per minggu sesuai standar American Heart Association (AHA).
Baca Juga: Teh Hitam Diklaim Turunkan Kolesterol, Fakta atau Mitos?
Untuk memastikan kecepatan berjalan sudah sesuai, seseorang cukup berjalan secepat mungkin tanpa berlari, atau sekitar 6,5 kilometer per jam yang setara dengan 15 menit per kilometer.
Namun, sebelum memulai, disarankan berkonsultasi dengan dokter, terutama bagi individu dengan kondisi kesehatan tertentu, dan menghentikan latihan bila muncul rasa nyeri.
Artikel Terkait
Waspada! Ciri-ciri Kelelahan hingga Sakit Kepala Jadi Tanda Tumor Otak
Tak Hanya Sekadar Tren, Budaya Naik Sepeda di Beijing Gaya Hidup Sehat
Manisnya Mangga Sering Dihindari Penderita Diabetes, Benarkah Berbahaya?
Teh Hitam Diklaim Turunkan Kolesterol, Fakta atau Mitos?