KALTENGLIMA.COM - Hipertensi merupakan kondisi ketika tekanan darah seseorang berada di atas nilai normal dan sering disebut sebagai ‘The Silent Killer’ karena biasanya tidak menimbulkan gejala yang jelas.
Kondisi ini dapat dialami oleh banyak orang, baik yang sudah terdiagnosis maupun yang belum menyadari bahwa mereka mengidap hipertensi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pernah memperkirakan bahwa pada tahun 2023, sekitar 1,28 miliar orang di dunia yang berusia antara 30 hingga 79 tahun menderita hipertensi. Dari jumlah tersebut, hampir dua pertiganya tinggal di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Baca Juga: Anxiety Ring Diklaim Bisa Mengurangi Kecemasan, Benarkah?
Di Indonesia sendiri, hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Tanah Air mencapai 30,8 persen.
Angka ini memang mengalami penurunan dibandingkan dengan hasil RISKESDAS 2018 yang mencatat prevalensi sebesar 34,1 persen.
Namun, Ketua Indonesian Society of Hypertension (INASH), dr. Eka Harmeiwaty, Sp.N., menekankan bahwa angka tersebut masih tergolong tinggi dan membutuhkan perhatian serta penanganan yang optimal.
Baca Juga: Manfaat Buah Kurma yang Tak Banyak Orang Tahu
Menurut dr. Eka, masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahwa mereka mengidap hipertensi.
Selain itu, kepatuhan dalam menjalani pengobatan juga masih rendah, dan berbagai faktor risiko hipertensi belum sepenuhnya disadari oleh masyarakat.
Salah satu faktor yang perlu diwaspadai adalah pengaruh genetik dalam meningkatkan risiko hipertensi.
Baca Juga: Ternyata Makanan Ini Tak Boleh Dikombinasi dengan Pisang
Berdasarkan penelitian, sekitar 60,1 persen kasus hipertensi berkaitan dengan faktor genetik, sementara sisanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Beberapa faktor lingkungan yang dapat meningkatkan risiko hipertensi meliputi kebiasaan merokok, obesitas, serta konsumsi garam yang berlebihan.