KALTENGLIMA.COM - Masalah penglihatan kini menjadi salah satu kondisi yang banyak dialami oleh anak-anak. Di Indonesia, data dari Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa sekitar 10 persen anak usia sekolah antara 5 hingga 19 tahun mengalami gangguan penglihatan.
Kondisi ini tidak bisa dianggap sepele, karena jika tidak ditangani dengan tepat, dapat berdampak pada tumbuh kembang anak hingga dewasa, termasuk dalam aspek belajar, bersosialisasi, dan kualitas hidup secara keseluruhan.
Karena itu, penting bagi orang tua untuk mengetahui kondisi kesehatan mata anak-anak mereka. Terlebih lagi, anak-anak cenderung tidak menyadari atau tidak mengeluhkan kondisi penglihatan mereka, sehingga peran orang tua dalam mengenali tanda-tandanya menjadi sangat krusial.
Baca Juga: Diet 'Puasa' vs. Hitung Kalori, Mana yang Lebih Efektif Untuk Menurunkan Berat Badan?
Menurut Dr. Hasiana Lumban Gaol, SpM, dari RS Mata JEC Kedoya, terdapat sejumlah gejala nonverbal yang bisa menjadi indikator adanya gangguan penglihatan pada anak.
Gejala-gejala ini biasanya muncul melalui kebiasaan sehari-hari. Misalnya, anak sering memicingkan mata saat melihat sesuatu atau terbiasa membaca dan menonton televisi dari jarak yang sangat dekat karena penglihatan jarak jauhnya terganggu.
Selain itu, anak dengan gangguan penglihatan juga kerap mengucek atau mengusap mata mereka. Dalam beberapa kasus, mata anak bisa terlihat juling atau tidak sinkron. Mereka juga bisa mengalami kesulitan dalam belajar karena penglihatannya tidak fokus.
Baca Juga: Apa Sih Tukang Gigi Itu? Ini Perbedaannya dengan Dokter Gigi dan Terapis Gigi-Mulut
Jika anak menunjukkan satu atau beberapa tanda tersebut, sebaiknya segera dibawa ke dokter mata untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Penanganan yang tepat, seperti pemberian kacamata sesuai kebutuhan, sangat penting agar gangguan penglihatan tidak berkembang lebih parah dan anak dapat menjalani aktivitas sehari-hari dengan optimal.