KALTENGLIMA.COM - Banyak orang tidak menyadari bahwa membawa perasaan marah atau kesal hingga ke tempat tidur dapat berdampak negatif bagi kesehatan.
Emosi negatif yang tidak diselesaikan dan terus dipendam saat tidur bisa menetap dalam tubuh hingga keesokan harinya, tanpa disadari mengganggu berbagai aspek kesehatan fisik dan mental.
Salah satu dampak utama dari memendam amarah saat tidur adalah terganggunya kualitas tidur.
Baca Juga: Penelitian Ungkap Golongan Darah yang Berisiko Tinggi Mengidap Kanker Payudara
Ketika seseorang menahan amarah, ia cenderung sulit tidur nyenyak, yang berujung pada penurunan kualitas istirahat.
Kurangnya kualitas tidur ini berisiko menyebabkan daya tahan tubuh menurun, meningkatkan kemungkinan terkena penyakit kronis seperti diabetes dan jantung, serta dapat memengaruhi fungsi kognitif dan emosional seseorang.
Selain itu, kemarahan yang dibawa hingga tidur juga dapat menyebabkan tekanan darah tetap tinggi.
Baca Juga: Gelombang Baru COVID Mengancam Asia, Kasus Meningkat Kembali di Hong Kong dan Singapura
Ini karena tubuh melepaskan hormon stres seperti kortisol, adrenalin, dan norepinefrin saat marah, yang memicu peningkatan tekanan darah dan membuat tubuh tetap berada dalam kondisi siaga.
Penelitian bahkan menunjukkan bahwa orang yang tidur dalam keadaan marah tidak mengalami penurunan tekanan darah secara alami selama tidur, yang merupakan proses penting untuk pemulihan tubuh.
Psikolog klinis Dr. Michael Breus, PhD, menjelaskan bahwa kemarahan hampir selalu meningkatkan detak jantung, sehingga membuat tidur menjadi sulit.
Baca Juga: 5 Alasan Protein Sangat Efektif untuk Menurunkan Berat Badan
Tak hanya itu, memendam amarah juga dapat menguras energi secara signifikan. Rasa marah yang terbawa ke waktu tidur bisa menyebabkan tubuh terasa sangat lelah pada keesokan harinya, meskipun tidak ada aktivitas fisik berat yang dilakukan.
Oleh karena itu, penting untuk menyelesaikan konflik atau meredakan emosi sebelum tidur demi menjaga kesehatan dan keseimbangan tubuh secara keseluruhan.