KALTENGLIMA.COM - Dalam catatan terbaru, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa kasus tuberkulosis (TBC) di dunia mencapai lebih dari 8 juta orang, dengan 1,25 juta di antaranya meninggal akibat penyakit ini pada tahun lalu.
Hal ini menjadikan TBC kembali menjadi penyebab utama kematian akibat penyakit menular setelah sempat tergeser oleh COVID-19 selama pandemi.
Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyoroti bahwa tingginya angka kematian dan kesakitan akibat TBC merupakan hal yang sangat disayangkan, terutama karena tersedia alat untuk mencegah, mendeteksi, dan mengobati penyakit ini.
Baca Juga: BMKG Rilis Perkiraan Puncak Musim Hujan 2024/2025 di Indonesia, Ini Jadwalnya
WHO pun mendorong semua negara untuk mengambil langkah nyata dalam memperluas akses terhadap alat-alat tersebut guna menghentikan penyebaran TBC.
Beberapa negara di Asia seperti India, Indonesia, China, Filipina, dan Pakistan menjadi wilayah dengan kontribusi kasus TBC tertinggi, menyumbang lebih dari setengah kasus global.
Laporan menunjukkan bahwa 55% pasien TBC adalah laki-laki, 33% perempuan, dan 12% lainnya adalah anak-anak serta remaja.
Baca Juga: Meski Banyak Manfaat Madu Tak Boleh Diberikan ke Anak Usia di Bawah Satu Tahun, Mengapa?
Kasus baru TBC banyak dipicu oleh lima faktor risiko utama, yaitu kekurangan gizi, infeksi HIV, gangguan penggunaan alkohol, kebiasaan merokok (khususnya pada pria), dan diabetes.
Penyakit TBC sendiri disebabkan oleh bakteri yang menular melalui udara dan utamanya menyerang paru-paru.
WHO memperkirakan sekitar seperempat populasi dunia mungkin terinfeksi TBC, namun hanya sekitar 5-10% dari mereka yang benar-benar mengalami gejala.
Baca Juga: Temukan Bakteri Bacillus Cereius pada Jajanan China La Tiao, Ini Kata Dokter
Sebagian besar orang yang terinfeksi TBC tidak menunjukkan gejala atau merasa sakit, sehingga mereka juga tidak menular.
Risiko tertinggi mengalami gejala dan penularan terjadi pada bayi dan anak-anak.
Artikel Terkait
Inilah 5 Manfaat Buah Raspberry untuk Kesehatan
Berbeda dengan Thailand, Bapanas Tak Temukan Kandungan Berbahaya di Anggur Muscat Impor
Temukan Bakteri Bacillus Cereius pada Jajanan China La Tiao, Ini Kata Dokter