Kelompok yang menjalani puasa pagi menunjukkan perbaikan pada kadar gula darah puasa dan malam hari, yang penting dalam pencegahan diabetes.
Dr. Idoia Labayen, salah satu peneliti utama, menekankan bahwa puasa pagi memberikan hasil terbaik dalam mengontrol kadar gula darah dan menurunkan risiko gangguan metabolik.
Selain metode puasa pagi, terdapat berbagai bentuk puasa intermiten lain yang banyak diterapkan, seperti pola 16/8 (puasa 16 jam dan makan selama 8 jam), pola 5:2 (makan normal selama 5 hari dan mengurangi asupan kalori menjadi 500–600 kalori selama 2 hari), puasa 24 jam satu kali seminggu, atau puasa selang-seling yang dilakukan setiap dua hari.
Baca Juga: Daftar Makanan dan Minuman yang Secara Tersembunyi Dapat Mengganggu Kinerja Otak
Meski menjanjikan banyak manfaat, puasa intermiten tidak cocok untuk semua orang. Metode ini sebaiknya dihindari oleh individu yang sedang hamil, penderita diabetes tipe 1, atau mereka yang memiliki riwayat gangguan makan.
Namun, penting untuk memperhatikan bahwa tidak semua studi mendukung manfaat time-restricted eating.
Penelitian dari Tiongkok menunjukkan bahwa membatasi waktu makan terlalu ketat, misalnya hanya makan dalam jendela waktu 8 jam per hari, bisa dikaitkan dengan meningkatnya risiko kematian akibat penyakit jantung.
Baca Juga: Daftar Makanan dan Minuman yang Secara Tersembunyi Dapat Mengganggu Kinerja Otak
Dr. Victor Zhong dari Shanghai Jiao Tong University menyatakan bahwa mereka justru menemukan adanya peningkatan risiko kematian kardiovaskular pada individu yang menerapkan metode makan terbatas tersebut.
Artikel Terkait
Dokter Ungkap Penyebab Gagal Ginjal Kronis Sulit Dikenali Dini
Jumlah Pengidap HIV Capai 564 Ribu di 2025, Ini 11 Provinsi Tertinggi
Warna Urine Ini Bisa Jadi Tanda Sakit Ginjal, Segera Periksa Jika Anda Mengalaminya
Daftar Makanan dan Minuman yang Secara Tersembunyi Dapat Mengganggu Kinerja Otak