Sound Horeg Jadi Sorotan, Berikut Batas Suara yang Masih Aman untuk Telinga

photo author
- Jumat, 1 Agustus 2025 | 16:53 WIB
Ilustrasi Gangguan telinga
Ilustrasi Gangguan telinga

KALTENGLIMA.COM - Belakangan ini, istilah sound horeg menjadi sorotan masyarakat Indonesia, terutama setelah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur mengeluarkan fatwa haram bersyarat terhadap penggunaannya.

Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan dampak negatif dari sound horeg terhadap kesehatan masyarakat.

Sound horeg merujuk pada penggunaan pengeras suara dengan volume yang sangat tinggi, yang umumnya digunakan dalam berbagai acara seperti hajatan, konvoi, maupun hiburan rakyat.

Baca Juga: Hati-Hati Pakai Bawang Putih di Wajah, Dokter Beberkan Efek Negatifnya

Tingkat kebisingan yang ekstrem dari peralatan tersebut terbukti berisiko bagi kesehatan pendengaran manusia, bahkan berpotensi menyebabkan kerusakan permanen pada telinga.

Tingkat suara yang dihasilkan sound horeg tercatat bisa mencapai antara 120 hingga 135 desibel (dB), jauh melampaui ambang batas aman yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

WHO sendiri menetapkan bahwa paparan suara sebesar 85 dB hanya aman didengarkan maksimal selama delapan jam per hari.

Baca Juga: Dari Stres hingga Burnout, Inilah Masalah Mental yang Mengintai Pekerja

Sementara itu, suara di atas 100 dB sudah dikategorikan sebagai sangat keras dan membahayakan. Lebih ekstrem lagi, suara pada level 120 dB digolongkan sebagai suara yang menyakitkan dan sangat berbahaya, karena dapat merusak sel-sel telinga bagian dalam hanya dalam satu kali paparan, sehingga berisiko menyebabkan gangguan pendengaran permanen.

Tak hanya mengancam kesehatan telinga, kebisingan dari sound horeg juga dapat memicu peningkatan hormon stres dalam tubuh.

Jika paparan suara keras ini terjadi secara terus-menerus dalam jangka panjang, maka risiko gangguan pada kesehatan fisik dan mental pun ikut meningkat.

Baca Juga: BPA Dapat Ganggu Tumbuh Kembang Anak, Dokter Minta Ortu Agar Lebih Selektif

Oleh karena itu, penggunaan sound horeg perlu dikaji ulang, baik dari sisi agama, kesehatan, maupun sosial, demi menjaga ketenangan lingkungan dan melindungi kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Laili Rukhmina

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Berapa Panjang Usus Halus Orang Dewasa dan Fungsinya?

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:55 WIB

Bahaya Kebiasaan Mengunyah Es Batu bagi Kesehatan Gigi

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:18 WIB
X